Hati-hati! PPOK Bisa Sebabkan Disabilitas pada Pasien, Kenapa?
- Pixabay
VIVA Lifestyle – Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah penyakit pernapasan kronis yang disebabkan oleh paparan jangka panjang zat-zat berbahaya seperti asap rokok dan polusi udara.
PPOK menyebabkan gangguan serius pada fungsi kesehatan paru dan menyebabkan keluhan sesak napas, batuk kronis, produksi dahak berlebihan, kelelahan yang menurunkan ambang aktivitas fisik, dan peningkatan risiko infeksi paru. Scroll untuk info selengkapnya.
Faktor risiko utama PPOK adalah merokok (aktif dan pasif) dan paparan polutan udara, termasuk asap dan zat berbahaya di lingkungan sekitar. PPOK juga menjadi salah satu penyakit nomor tiga penyebab kematian umum di dunia.
Selain menjadi penyebab kematian, penyakit PPOK ini bisa berujung pada disabilitas pada pasien. Mengapa demikian? Perwakilan Kelompok Kerja Asma dan PPOK, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr. Triya Damayanti, Sp.P(K), Ph.D mengungkap, hal itu karena pasien tersebut tidak bisa bekerja secara maksimal.
"Usia produktif kita kan 35 tahun hingga 40 tahun, ya jadi itu dia terdiagnosis PPOK menjadi disabilitas. Kenapa? Karena dia tidak bekerja secara maksimal. Jadi pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan tenaga ataupun gerak itu akan menjadi berat," kata dia dalam acara Media Briefing Kenali Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), Lindungi Parumu di Raffles Hotel Jakarta Selatan, Senin 29 Mei 2023.Â
Lebih lanjut, diungkap Triya bahwa pasien PPOK mengalami keterbatasan lantaran gejala sesak yang terus-menerus.Â
"Beda ya kalau penyakit asma kalau serangan udah selesai minum obat. Kalau PPOK itu sesak napasnya itu makin lama makin berat dan itu progresif. Yang tadinya bisa jalan 1 kilo (km) itu semakin lama 100 meter saja udah enggak kuat, sesak. Berjalannya lebih lambat sehingga dalam melakukan aktivitas sehari-hari terganggu, disitulah disabilitasnya jadi terganggu," jelas dia.
Selain itu, bergantung pada orang dan oksigen, biaya juga akan sangat membebani pasien dan keluarga pasien PPOK.
"Dia tergantung dengan orang, tergantung dengan oksigen kalau sudah semakin berat. Padahal usianya masih produktif ingin ke mana-mana. Jadi beban buatnya, beban biaya juga buat pasiennya," kata dia.