Jangan Sepelekan, Gangguan Tiroid Picu Masalah Kesuburan Wanita
- Pixabay
VIVA Lifestyle – Hormon di dalam tubuh wanita sangat dibutuhkan untuk menjaga kesuburan yang rupanya berpengaruh pada peluang kehamilannya. Siapa sangka, masalah kesuburan dapat terjadi karena sedikit gangguan pada organ kecil bernama tiroid.
Ketua Pengurus Pusat Indonesia Thyroid Association (PP InaTA) Dr dr Tjokorda Gde Dalem Pemayun, Sp. PD-KEMD.,FINASIM., mengatakan bahwa gangguan dapat terjadi sehingga terlalu berlebihan atau kekurangan tiroid. Biasanya gangguan fungsi tiroid itu dinamakan dengan hipertiroid atau hipotiroid yang membuat kondisi hormon di tubuh.
Hormon tiroid yang terganggu tak hanya memengaruhi fungsi tiroid itu sendiri. Melainkan, bahaya pada hormon di seluruh tubuh untuk menjaga keseimbangan fungsi kerja organ lain seperti pertumbuhan tulang, metabolisme karbohidrat, protein, lemak hingga menjaga suhu tubuh. Tak terkecuali gangguan pada siklus menstruasi yang menjadi tanda masalah kesuburan.
"Andai kata hormon ini kurang atau lebih, hormon lain pun ikut terganggu. Salah satu yang muncul adalah tidak datangnya siklus menstruasi dengan baik," ungkapnya dalam acara media “Kolaborasi Tingkatkan Skrining dan Diagnosis Gangguan Tiroid di Indonesia” bersama Merck, di Jakarta, Kamis 25 Mei 2023.
Gejala lain ketidaksuburan yang mungkin muncul akibat gangguan hormon tiroid mencakup rambut yang rontok berlebihan. Gejala ini juga kerap muncul pada wanita yang mengalami kanker dan usai menjalani operasi disertai gangguan pada hormon tiroidnya.
"Yang paling sering adalah hipotiroid. Bila ibunya hipotiroid, karena dia operasi kanker, tidak patuh minum obat, maka tentu saja akan terjadi gangguan yang serius," kata dia.
Sementara itu, pada gangguan hipertiroid ditandai dengan jarang munculnya menstruasi pada wanita usia subur. Namun untuk mengenalinya, butuh tes yang mampu mengukur kadar thyroid-stimulating hormone (TSH) dan free T4 (FT4).
"Apakah semua gangguan ini berpengaruh, tidak juga. Yang penting adalah muncul gejala-gejala dahulu. Bila gejala itu ada, maka wajib dites fungsi tiroid yaitu thyroid-stimulating hormone (TSH) dan free T4 (FT4)," imbuhnya.
Kendati begitu, dokter menyebutkan bahwa kesuburannya dapat kembali apabila hormon tersebut ditangani dengan baik. Namun, penanganannya harus dilakukan sesegera mungkin dan dengan tepat sehingga kesuburannya kembali normal.
"Sepanjang pengetahuan saya, bila dikoreksi dengan baik, bahkan dengan hipotiroid tidak hamil, kurang subur, dia (bisa) kembali normal," tambahnya.
Lebih dalam, dokter Tjokorda menegaskan bahwa gangguan tiroid pada wanita hamil dapat memicu penyakit grave yang memicu masalah serupa pada janinnya. Sebanyak 25 persen kasus ibu dengan gangguan tiroid memicu hipotiroid kongenital pada janin. Maka, dibutuhkan skrining dini agar dapat dihindari dengan tepat.
"Jadi kalau ibu kena maka pada hamil berikutnya harus hati-hati. Skrining lebih dini," imbuhnya.
Oleh karena itu, peningkatan kapabilitas tenaga kesehatan, khususnya dokter di semua multidisiplin ilmu tentang skrining dan diagnosis gangguan tiroid sedini mungkin sangat penting untuk mencegah komplikasi masalah kesehatan serius lebih lanjut, serta memastikan layanan kesehatan berkualitas terkait penanganan gangguan tiroid dapat diberikan bagi seluruh masyarakat. Hal ini hanya dapat terwujud melalui kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak berkepentingan untuk mendorong peningkatan pemahaman mengenai gangguan tiroid.
“Merck sebagai mitra bagi tenaga kesehatan, melihat adanya kebutuhan edukasi dan peningkatan kapabilitas dokter untuk dapat meningkatkan skrining dan diagnosis gangguan tiroid pada populasi dewasa berisiko tinggi dan bayi baru lahir di Indonesia. Hal ini sangat penting karena peran mereka sebagai lini terdepan yang memberikan layanan kesehatan langsung kepada masyarakat. Kami sangat mengapresiasi PB IDI dan PP InaTA yang telah menyambut baik upaya kerja sama dalam program RAISE Tiroid," tutur Presiden Direktur PT Merck Tbk, Evie Yulin.