Ciuman Hingga Seks Berisiko Tulari Anak Hepatitis, Bahaya Kanker Hati Juga Mengintai

Ilustrasi anak menangis.
Sumber :
  • Pixabay/Ben_Kerckx

VIVA Lifestyle – Sebanyak 35.757 bayi lahir dari ibu yang positif hepatitis dan berisiko menjadi pengidap hepatitis apabila tidak mendapatkan pelayanan lanjut pada tahun 2022. Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Mohammad Syahril menyampaikan penularan kasus didominasi oleh penularan langsung dari ibu ke anak.

IDI Kabupaten Jepara Berikan Informasi Pengobatan bagi Gangguan ADHD Pada Anak

Secara umum, penularan hepatitis B, C, dan D terjadi secara vertikal langsung dari ibu ke anak, dari cairan tubuh (air ludah, cairan sperma) dan aktivitas seksual tidak aman, menggunakan tindik atau tato, maupun penggunaan jarum suntik tidak steril pada pengguna narkoba. Scroll untuk info selengkapnya.

“Penularan hepatitis B dari secara vertikal ibu ke anak menyumbang sebesar 90-95 dari seluruh sumber penularan lainnya” ujar dr. Syahril, dalam keterangannya, dikutip Kamis 18 Mei 2023.

Pernah Dilarang KB oleh Edwrad Akbar, Kimberly Ryder Kasih Pesan Ini Buat Para Wanita

Secara khusus dr. Syahril mengimbau masyarakat Indonesia untuk menghindari praktik seks berisiko. Sebab, penularan hepatitis melalui cairan tubuh termasuk dari air mani dan air liur.

Mengenal Hernia Inguinal Umum Terjadi pada Bayi Laki-laki, Tak Bisa Sembuh Sendiri Perlu Tindakan Operasi

"Contohnya melakukan ciuman sampai terjadi perlukaan dapat menularkan virus hepatitis, dan jangan lupa untuk menggunakan pengaman (saat berhubungan seks) agar menghindari hal-hal yang dapat berisiko penularan untuk kesehatan dan pertumbuhan anak," tambah Syahril.

Dampak Berbahaya Hepatitis B

Bayi yang terinfeksi hepatitis B kemungkinan untuk menjadi kronis dan sirosis hingga 80 persen dan sayangnya belum ada pengobatan yang efektif. Sehingga penting untuk memutus alur penularan, lanjut dr. Syahril.

“Pemberian vaksin hepatitis B secara lengkap dan tepat dapat menurunkan prevalensi hepatitis B. Tetapi masih terdapat permasalahan yang harus dihadapi yaitu risiko untuk menjadi sirosis dan hepatoma serta belum ada pengobatan yang efektif,” jelasnya.

Data kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan, sebanyak 7,1 persen atau 18 juta masyarakat Indonesia terinfeksi hepatitis B. Dari jumlah tersebut, 50 persen di antaranya berisiko menjadi kronis dan 900.000 dapat menjadi kanker hati. Bahkan hepatitis B menjadi empat besar penyebab kematian di Indonesia, dengan perkiraan kematian setiap tahunnya sebesar 51.100 kematian.

Sebanyak 50.744 ibu hamil positif hepatitis B pada tahun 2022. Dari jumlah tersebut, sebanyak 35.757 bayi lahir dari ibu yang positif hepatitis B. Kendati sebagian besarnya sudah mendapatkan imunisasi Hb0 dan HBg kurang dari 24 jam. Namun masih didapati 135 bayi positif Hepatitis B pada usia 9-12 bulan.

Ilustrasi ibu hamil

Photo :
  • pixabay

Cegah Dini Hepatitis B

Memutus atau mencegah sedini mungkin penularan hepatitis menjadi prioritas pemerintah saat ini, lanjut dr. Syahril. Khusus untuk hepatitis B, dilakukan deteksi dini Hepatitis B yang terintegrasi dengan pemeriksaan HIV dan Sifilis untuk minimal 80 persen ibu hamil (atau disebut juga dengan Triple Eliminasi). Tujuannya untuk memutus atau mencegah penularan secara vertikal dari ibu ke anak.

Pemberian imunisasi hepatitis B tiga dosis pada bayi juga masuk ke dalam program imunisasi nasional untuk mengurangi insiden; Pemberian HB0 kurang dari 24 jam untuk mengurangi transmisi dari ibu ke bayi. Selain itu juga dilakukan Pemberian HBIg pada bayi lahir dari ibu reaktif HBsAg, dan Pemberian Tenofovir pada bumil dengan viral load tinggi

Deteksi dini juga harus dilakukan bagi kelompok berisiko seperti pengguna jarum suntik (penasun) dan eks penasun, ODHIV, pasien hemodialisa, populasi kunci seperti WBP, PS, dan LSL, Riwayat transfusi, riwayat tato, tindik dan penggunaan alat medis tidak steril harus dilakukan untuk memutus penularan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya