Syarat Dokter Sembuh dari Hipertensi, Mudah Tapi Sering Diabaikan
- Pixabay/rawpixel
VIVA Lifestyle – Tekanan darah tinggi atau hipertensi kerap menjadi ketakutan tersendiri bagi masyarakat luas lantaran banyak mitos yang beredar. Salah satunya, risiko mengonsumsi obat hipertensi yang dianggap harus seumur hidup serta tak dapat disembuhkan. Bagaimana faktanya menurut dokter?
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. Siska Suridanda Dandy Sp.JP(K), menjelaskan bahwa mitos yang paling sering beredar mengenai hipertensi mengenai kesembuhan dan pengobatannya. Dokter Siska tak menampik bahwa masyarakat kerap menganggap bahwa obat hipertensi yang dikonsumsi setiap hari dapat berdampak buruk bagi ginjal. Faktanya, gangguan ginjal akan lebih rentan terjadi akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
"Ini sering ditanyakan di praktik. Takut ginjal rusak karena obat-obatan. Tidak pertimbangkan gangguan ginjal karena hipertensi. Bisa ginjal terganggu karena obat tapi tidak serius dan bisa diobati. Tapi, risiko gangguan ginjal karena hipertensi, lebih besar," ujarnya dalam acara Hidup Sehat tvOne, Selasa 16 Mei 2023.
Menurutnya, dampak tidak diberi pengobatan pada hipertensi yang sudah di ambang batas, malah membuat terjadi komplikasi pada ginjal. Sementara, obat-obatan yang dikonsumsi akan memperbaiki kondisi pasien hipertensi agar lebih terkontrol selama dalam pemantauan tenaga kesehatan.
"Jadi, obat-obatan selama diberi tenaga kesehatan dan dipantau, insyaallah aman dan efek perlindungan pasien jangka panjang," tambahnya.
Selain itu, dokter Siska pun menampik bahwa pengobatan hipertensi harus dikonsumsi seumur hidup. Apabila pasien hipertensi cenderung terkontrol dengan tanpa penyakit penyerta lain dan usianya masih muda, maka pengobatan dapat dihentikan. Hal ini menjadikan pasien hipertensi sebenarnya bisa dianggap sembuh asal sebelumnya sudah menjalani pengobatan rutin dan gaya hidup baik.
"(Hipertensi bisa sembuh?) Fakta. Sembuhnya itu sebenarnya terkontrol, yang nggak sembuh hilang sama sekali. Terkontrol dengan obat-obatan dan gaya hidup. Kalau sudah terkontrol pasien seperti tidak (menderita) hipertensi. Kalau terkontrol, nggak minum obat seumur hidup," tuturnya.
Hipertensi terkontrol tersebut, lanjut dokter Siska, juga dapat dialami dengan olahraga yang rutin dan aktivitas yang baik. Serta, mengontrol berat badan agar hipertensi tidak 'kambuh' sehingga kondisi kesehatan lebih baik. Sayangnya, hal-hal sederhana ini kerap diabaikan sehingga hipertensi justru semakin parah.
"Kalau tensi terkontrol dengan olahraga, penurunan berat badan, maka keperluan obat makin turun dan bisa berhenti. Tentunya perlu pemantauan karena seiring usia, tensi akan naik," tambahnya.
Dokter Siska menegaskan agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap hipertensi sehingga dapat dicegah atau terkontrol. Salah satunya dengan selalu memantau tekanan darah tinggi mandiri di rumah dan segera kontrol ke dokter saat angkanya melebihi batas ideal.
"Selalu berusaha untuk tingkatkan awareness. Bisa obati sejak awal kalau nggak deteksi sejak dini kalau ada tensi tinggi. Walau merasa sehat nggak ada keluhan, tolong periksa. Kalau sudah optimal di bawah 120/90, tiap 5 tahun aja periksa. Kalau udah tinggi, udah saatnya konsultasi," tandasnya.