Gak Bikin Gula Darah Naik, Penderita Diabetes Dianjurkan Makan Nasi Putih Seperti Ini
- Freepik/freepik
VIVA Lifestyle – Nasi putih hangat sepertinya selalu menjadi sumber makanan favorit bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Salah satu jenis karbohidrat ini dianggap nikmat dengan rasanya yang pas di lidah saat dimakan ketika hangat, namun kerap dikhawatirkan memicu penyakit tidak menular seperti obesitas. Apa kata dokter?
Dokter spesialis gizi klinik, dr. Diana Suganda menjelaskan bahwa nasi putih hangat kaitannya dengan obesitas karena beberapa faktor. Namun diakui dokter Diana, kalori dalam nasi putih yang berbeda suhu sebenarnya sama saja.
"Obesitas kan (dipengaruhi) kalori. Kalori di nasi putih hangat dan dingin, itu sama aja kalorinya," tuturnya dalam acara Hidup Sehat tvOne, Senin 15 Mei 2023.
Kendati begitu, mengonsumsi nasi putih dengan suhu hangat rasanya lebih nikmat dibanding dengan suhu ruangan. Faktor ini, lanjut dokter Diana, membuat keinginan makan atau nafsu makan kian bertambah lebih besar sehingga kalorinya pun berlebihan memicu obesitas.
"Nasi hangat lebih gampang nambah karena nikmat. Sehingga konsumsi bertambah itu yang bikin nasi hangat jadi naik (berat badan nya)," tambahnya.
Meski begitu, perbedaan suhu nasi tersebut berkaitan dengan penyakit diabetes yang dipengaruhi oleh gula darah. Menurutnya, diabetes rentan terjadi ketika mengonsumsi deret makanan atau minuman dengan indeks glikemik yang tinggi.
"Biasanya kalau dari glikemik indeks, hubungannya sama diabetes. Lebih rendah (indeks glikemik nasi) yang dingin," tambahnya.
Dijelaskan dokter Diana, nasi putih yang suhunya tak lagi panas lebih dianjurkan bagi penyandang diabetes karena gula di dalamnya lebih rendah. Dengan begitu, hal ini dapat menghindari bahaya kenaikan gula darah yang membahayakan kondisi pasien diabetes.
"Diabet konsumsi nasi putih dingin karena indeks glikemik (GI) lebih rendah. GI itu indeks menunjukkan makanan yang meningkatkan kadar gula darah. Diabetes harus (makan) yang slow aja. Harus nasi dingin, misal," tambahnya.
Obesitas adalah masalah yang kompleks dengan banyak penyebab. Pemicu utamanya disebabkan ketika kalori ekstra disimpan dalam tubuh sebagai lemak.
Jika Anda mengonsumsi energi dalam jumlah tinggi, terutama yang terdapat pada makanan tinggi lemak dan gula tinggi, dan tidak menggunakan semua energi melalui aktivitas fisik, sebagian besar energi ekstra akan disimpan dalam tubuh sebagai lemak. Berikut 5 penyebab utama obesitas dikutip laman NHS.
Kalori
Nilai energi makanan diukur dalam satuan yang disebut kalori. Rata-rata pria yang aktif secara fisik membutuhkan sekitar 2.500 kalori per hari untuk mempertahankan berat badan yang sehat, dan rata-rata wanita yang aktif secara fisik membutuhkan sekitar 2.000 kalori per hari.
Jumlah kalori ini mungkin terdengar tinggi, tetapi dapat dengan mudah dicapai jika Anda mengonsumsi jenis makanan tertentu. Misalnya, makan hamburger, kentang goreng, dan milkshake dalam jumlah besar dapat mencapai 1.500 kalori, dan itu hanya untuk 1 kali makan.Â
Selain itu, banyak orang yang tidak memenuhi tingkat aktivitas fisik yang dianjurkan untuk orang dewasa, sehingga kelebihan kalori yang dikonsumsi akhirnya disimpan sebagai lemak di dalam tubuh.
Diet
Faktor diet dan gaya hidup berkontribusi terhadap perkembangan obesitas dan kelebihan berat badan. Satu yang paling umum adalah makan makanan olahan atau cepat saji dalam jumlah besar. Ini adalah makanan yang tinggi lemak dan gula.
Selain itu, makan porsi yang lebih besar dari yang Anda butuhkan. Atau minum terlalu banyak minuman manis, termasuk minuman ringan dan jus buah. Serta, Perubahan dalam masyarakat juga membuat pola makan sehat menjadi lebih sulit. Makanan berkalori tinggi menjadi lebih murah dan nyaman, dan banyak diiklankan dan dipromosikan.
Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor penting lain yang terkait dengan obesitas. Banyak orang memiliki pekerjaan yang melibatkan duduk di depan meja hampir sepanjang hari. Mereka juga mengandalkan mobil mereka, daripada berjalan kaki atau bersepeda.
Untuk relaksasi, banyak orang cenderung menonton TV, browsing internet atau bermain game komputer, dan jarang berolahraga secara teratur. Jika Anda tidak cukup aktif, Anda tidak menggunakan energi yang disediakan oleh makanan yang Anda makan, dan energi ekstra yang Anda konsumsi disimpan oleh tubuh sebagai lemak.
Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial merekomendasikan agar orang dewasa melakukan setidaknya 150 menit aktivitas aerobik intensitas sedang, seperti bersepeda atau jalan cepat, setiap minggu. Ini tidak perlu dilakukan semua dalam satu sesi, tetapi dapat dipecah menjadi periode yang lebih kecil. Misalnya, Anda bisa berolahraga selama 30 menit sehari selama 5 hari seminggu.
Jika Anda hidup dengan obesitas dan mencoba menurunkan berat badan, Anda mungkin perlu berolahraga lebih banyak dari ini. Mungkin membantu untuk memulai secara perlahan dan secara bertahap meningkatkan jumlah olahraga yang Anda lakukan setiap minggu.
Genetika
Ada beberapa gen yang terkait dengan obesitas dan kelebihan berat badan. Pada beberapa orang, gen dapat mempengaruhi bagaimana tubuh mereka mengubah makanan menjadi energi dan menyimpan lemak. Gen juga dapat mempengaruhi pilihan gaya hidup masyarakat.
Ada juga beberapa kondisi genetik langka yang bisa menyebabkan obesitas, seperti sindrom Prader-Willi. Ciri-ciri genetik tertentu yang diwarisi dari orang tua Anda – seperti memiliki nafsu makan yang besar – mungkin membuat penurunan berat badan menjadi lebih sulit, tetapi bukan berarti tidak mungkin.
Dalam banyak kasus, obesitas lebih berkaitan dengan faktor lingkungan, seperti tidak memiliki akses mudah ke makanan sehat, atau kebiasaan makan tidak sehat yang dipelajari sejak masa kanak-kanak.
Alasan medis
Dalam beberapa kasus, kondisi medis yang mendasari dapat menyebabkan penambahan berat badan. Ini termasuk:
Kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme) – di mana kelenjar tiroid Anda tidak menghasilkan hormon yang cukup
Sindrom Cushing – kelainan langka yang menyebabkan produksi hormon steroid berlebihan
Namun, jika kondisi seperti ini didiagnosis dan diobati dengan benar, mereka seharusnya tidak menjadi penghalang penurunan berat badan.
Obat-obatan tertentu, termasuk beberapa steroid, obat untuk epilepsi dan diabetes, dan beberapa obat yang digunakan untuk mengobati penyakit mental – termasuk beberapa antidepresan dan obat untuk skizofrenia – dapat menyebabkan penambahan berat badan.