88 Persen Virus Marburg Mematikan, Awas Gejalanya Mata Merah dan Diare Seminggu

Ilustrasi anak diare
Sumber :
  • The Sun

VIVA Lifestyle – Penyakit virus Marburg telah teridentifikasi sejak lama dan pernah menyebabkan wabah di beberapa negara Afrika. Tingkat kematian yang disebabkan oleh virus ini bisa sangat tinggi, yaitu mencapai 88 persen. 

"Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mewaspadainya dan melakukan tindakan pencegahan,” ujar Medical Dept. PT Kalbe Farma Tbk, dr. Johan Indra Lukito, dalam keterangan persnya. Scroll lebih lanjut ya.

Penyakit sejenis demam berdarah ini pertama kali teridentifikasi pada tahun 1967. Masa inkubasi bervariasi antara dua hingga 21 hari. Gejala muncul secara tiba-tiba umumnya berupa demam, sakit kepala, badan terasa pegal, dan nyeri otot. Kemudian dapat disertai diare, nyeri dan kram perut, mual dan muntah, mata merah, dan munculnya bintik-bintik merah di kulit. Diare bisa terjadi selama seminggu.

Selama lima hingga 13 hari setelah timbulnya penyakit, penderita akan semakin lemah, sesak napas, dan mengalami bengkak di tubuh. Juga bisa timbul gangguan kesadaran, seperti kebingungan atau menjadi mudah tersinggung. Selanjutnya, gejala perdarahan mulai timbul seperti mimisan, gusi berdarah, buang air besar dan muntah disertai darah. 

Seiring dengan semakin parahnya penyakit, banyak organ yang terganggu termasuk pankreas, hati, dan ginjal. Pada kondisi yang semakin kritis, dapat terjadi kejang, dehidrasi berat, gangguan metabolisme yang berat, kegagalan fungsi berbagai organ, koma, dan syok. Dalam kasus yang fatal, kematian umumnya terjadi antara 8 dan 9 hari setelah timbulnya gejala, biasanya didahului oleh kehilangan darah yang parah dan syok.

Penularan Ibu ke Anak

Ilustrasi sakit gusi

Photo :
  • Pixabay
Jangan Panik Kalau Anak Kena HFMD, Begini Penanganannya Menurut Dokter

Dokter Johan menekankan  virus Marburg dapat menular melalui cairan tubuh hewan atau manusia yang terinfeksi, seperti darah, air liur, keringat, urin, dan feses. Virus Marburg juga dapat menular melalui kontak tidak langsung dengan benda yang terkontaminasi, dan virus mampu bertahan selama empat hingga lima hari pada benda tersebut.

“Pada ibu hamil yang terinfeksi, virus Marburg dapat ditemukan di air ketuban atau plasenta, dan bahkan dapat ditemukan di air susu ibu (ASI) setelah ia sembuh. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan untuk tidak menyusui demi mencegah penularan virus ke anak,” kaya dr. Johan.

Waspada Lonjakan Kasus Cacar Air, Pakar Sarankan Jaga Imun dengan Cara Ini

Pencegahan Utama

Beberapa tindakan pencegahan dapat dilakukan, di antaranya menjaga kesehatan tubuh dengan pola makan bergizi, minum air yang cukup, istirahat yang cukup, dan olahraga teratur. Kemudian, menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar juga sangat penting, seperti rajin mencuci tangan.

Cara Mengurangi Risiko Serangan Jantung dengan Olahraga Teratur

Selain itu, menghindari paparan virus melalui kontak dengan manusia, hewan, atau benda yang terkontaminasi, terutama yang berasal dari negara dengan kasus virus Marburg. Juga disarankan untuk tidak mengonsumsi daging hewan yang tidak diolah dan dimasak dengan baik.

Virus Marburg

Photo :
  • WHO

Saat ini belum ada obat atau vaksin khusus untuk penyakit virus Marburg. Penderita perlu segera diisolasi dan diberikan penanganan intensif berupa cairan, nutrisi, serta obat untuk meredakan gejala yang dialami seperti demam, nyeri, dehidrasi, dan pendarahan.

“Pada penderita penyakit virus Marburg yang telah sembuh, virusnya masih dapat ditemukan di organ tertentu seperti cairan semen di testis atau cairan mata. Oleh karena itu, risiko penularan khususnya melalui hubungan seksual perlu diwaspadai selama 12 bulan sejak timbulnya gejala atau sampai dua kali pemeriksaan cairan semen hasilnya tidak terdeteksi (negatif) untuk virus Marburg," ungkap dr. Johan.

Jumlah manusia yang terinfeksi virus Marburg tercatat masih belum sampai 600 di seluruh dunia, dibandingkan dengan Covid-19 yang telah menjangkiti ribuan orang hanya di Indonesia saja. Walaupun demikian, dr. Johan tetap mengimbau masyarakat tetap waspada dan melakukan tindakan pencegahan agar dapat terhindar dari penyakit ini.

Penularan Air Mani dan Mencegahnya

Ilustrasi sperma.

Photo :
  • CCRM

Penularan virus Marburg melalui air mani yang terinfeksi telah didokumentasikan hingga tujuh minggu setelah pemulihan klinis. Meski, diperlukan lebih banyak data pengawasan dan penelitian tentang risiko penularan seksual, dan khususnya tentang prevalensi virus yang dapat hidup dan menular dalam air mani dari waktu ke waktu. 

Untuk sementara, dan berdasarkan bukti yang ada, WHO merekomendasikan agar:

Laki-laki yang sembuh dari Marburg harus didaftarkan dalam program pengujian air mani saat dipulangkan (dimulai dengan konseling) dan ditawarkan pengujian air mani saat mental dan fisik siap, dalam waktu tiga bulan sejak timbulnya penyakit. Tes air mani harus ditawarkan setelah mendapatkan dua hasil tes negatif berturut-turut.

Semua penyintas Marburg dan pasangan seksualnya harus menerima konseling untuk memastikan praktik seksual yang lebih aman sampai air mani mereka dua kali dites negatif untuk virus Marburg. Termasuk memakai kondom saat berhubungan seks.

Setelah dites tidak terdeteksi (negatif), penyintas dapat dengan aman melanjutkan praktik seksual normal dengan risiko penularan virus Marburg yang diminimalkan. Laki-laki yang sembuh dari penyakit virus Marburg harus mempraktikkan praktik seksual yang lebih aman dan kebersihan selama 12 bulan sejak timbulnya gejala atau sampai tes air mani mereka dua kali tidak terdeteksi (negatif) untuk virus Marburg.

Sampai air mani mereka telah dua kali diuji tidak terdeteksi (negatif) untuk Marburg, penyintas harus mempraktikkan kebersihan tangan dan pribadi yang baik dengan segera dan mencuci bersih dengan sabun dan air setelah kontak fisik dengan air mani, termasuk setelah masturbasi. Selama periode ini kondom bekas harus ditangani dengan aman, dan dibuang dengan aman, untuk mencegah kontak dengan cairan mani.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya