Kasus Sifilis Meningkat, Intai Ibu Hamil yang Enggan Berobat karena Malu
- Genius Beauty
VIVA Lifestyle – Penyakit menular seksual (PMS) tengah disorot lantaran kasusnya yang kian bertambah, terutama pada kelompok ibu rumah tangga dan ibu hamil. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengatakan bahwa selain kasus HIV yang disorot, penyakit berbahaya lainnya adalah sifilis yang mengintai ibu hamil.
Penyakit sifilis atau raja singa juga dilaporkan meningkat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2016-2022). Dari 12 ribu kasus menjadi hampir 21 ribu kasus dengan rata-rata penambahan kasus setiap tahunnya mencapai 17 ribu hingga 20 ribu kasus. Scroll lebih lanjut ya.
"Setiap tahunnya, dari lima juta kehamilan, hanya sebanyak 25 persen ibu hamil yang di skrining sifilis. Dari 1,2 juta ibu hamil sebanyak 5.590 ibu hamil positif sifilis," kata Juru Bicara Kemenkes, dr. Muhammad Syahril, dalam keterangan persnya.
Syahril membeberkan presentase pengobatan pada pasien sifilis masih rendah. Alasannya pun klise, banyak masyarakat yang menganggap penyakit ini sebagai aib sehingga enggan memeriksa. Terlebih, masyarakat pun masih menggunjing penyakit sifilis yang dinilai membahayakan komunitas lingkungan sekitar.
“Rendahnya pengobatan dikarenakan adanya stigma dan unsur malu," tambahnya.
Hal itu berdampak pada pasien ibu hamil dengan sifilis yang diobati hanya berkisar 40 persen pasien. Sisanya, sekitar 60 persen tidak mendapatkan pengobatan dan berpotensi menularkan dan menimbulkan cacat pada anak yang dilahirkan. Dampak ini tak main-main dan harus segera dilakukan deteksi dini.
Namun lagi-lagi, deteksi dini pada penyakit sifilis berbanding terbalik dengan pola pikir masyarakat. Hal ini serupa pada proses deteksi dini penyakit menular seksual lainnya. Data Kemenkes mencatat hanya 55 persen ibu hamil yang di tes HIV karena sebagian besar tidak mendapatkan izin suami untuk di tes.
Mirisnya, dari sejumlah tersebut 7.153 positif HIV, dan 76 persen nya belum mendapatkan pengobatan ARV. ini juga akan menambah resiko penularan kepada bayi.
"Melihat sumber infeksi, penularan HIV masih akan terus terjadi," tambah Syahril.
Sebab dari 526.841 orang dengan HIV, baru sekitar 429.215 orang yang sudah terdeteksi atau mengetahui status HIV dirinya. Artinya masih ada 100.000 orang dengan HIV yang belum terdeteksi dan berpotensi menularkan HIV ke masyarakat.
dr. Syahril menjelaskan upaya untuk melakukan skrining pada setiap individu kini menjadi prioritas pemerintah untuk mencapai eliminasi (termasuk pemutusan mata rantai penularan HIV secara vertikal dari ibu ke bayi). Setiap ibu yang terinfeksi 100 persen harus mendapatkan tatalaksana yang cukup.
"Melalui upaya ini, diharapkan angka dan data anak yang terinfeksi HIV sejak dilahirkan dapat ditekan, angka kesakitan dan kematian dapat ditekan dan yang terpenting adalah menekan beban negara dalam penanggulangan masalah Kesehatan masyarakat,' katanya.
Di akhir kata, dr. Syahril mengimbau pasangan yang sudah menikah agar setia dengan pasangannya untuk menghindari sex yang beresiko. Bagi yang belum menikah agar menggunakan pengaman untuk menghindari hal-hal yang dapat beresiko untuk kesehatan dan pertumbuhan mental.