Sering Kram Bisa Jadi Pertanda Penyakit Arteri Perifer, Dampaknya Sampai Amputasi
- Freepik/wayhomestudio
VIVA Lifestyle – Angka penderita diabetes terus bertambah setiap tahunnya. Dan diperkirakan jumlahnya akan mencapai lebih dari 400 juta orang di seluruh dunia pada tahun 2030.Â
Diabetes sendiri merupakan salah satu faktor risiko penyebab keluhan gangguan pembuluh darah dan luka yang sulit sembuh. Mengapa demikian? Yuk, scroll untuk mengetahui jawabannya.Â
Consultant Cardiologist Cardiovascular Interventionist, dr. Suko Adiarto, Sp.JP(K), menjelaskan, hal itu karena tingginya kadar gula darah pada penderita diabetes, sehingga membuat pembuluh darah arteri lama-lama akan mengeras dan menyempit.
"Hal ini menyebabkan aliran darah dari jantung menuju seluruh tubuh jadi terhambat. Penyempitan arteri akhirnya menghambat suplai darah yang kaya oksigen dan nutrisi," ujarnya saat Media Gathering yang digelar Heartology Cardiovascular Center di kawasan Epicentrum, Jakarta Selatan, Kamis 4 Mei 2023.Â
"Hal inilah yang menimbulkan penyakit arteri perifer (PAP) atau Peripheral Artery Disease (PAD). Yaitu terjadinya penyumbatan pada arteri perifer. Selain itu membuat penderita luka diabetes kesulitan memperbaiki kerusakannya dengan cepat," tambahnya.Â
Dokter Suko mengungkap, PAD terkadang tidak menimbulkan gejala, karena penyakit ini cenderung berkembang secara perlahan.Â
"Jika Anda sering mengalami kram, kebas, nyeri, atau luka yang sulit sembuh, Anda mungkin menderita PAD. Apabila PAD tidak ditangani dengan seksama, maka dapat mengakibatkan nyeri berkepanjangan, kematian jaringan, sampai pada ancaman amputasi," ungkapnya.Â
Menurut Dokter Suko, prosedur Peripheral Angioplasty (angioplasti perifer), merupakan tindakan pilihan untuk mengatasi PAD. Prosedur non-bedah ini menggunakan kateter, yang bertujuan untuk menghilangkan sumbatan dengan pemakaian balon dan stent.
“Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan di bidang perawatan luka telah berhasil menekan angka amputasi. Penggunaan berbagai dressing modern untuk mengatasi infeksi dan menjaga agar suasana luka tetap lembap juga sangat diperlukan," tuturnya.Â
"Karena dalam keadaan lembap, pertumbuhan jaringan baru menjadi lebih optimal dan proses penutupan luka oleh sel kulit baru bisa terjadi dengan lebih cepat," sambung dia.Â
Berada di tempat yang sama, Wound Care Physician, dr. Adisaputra Ramadhinara, MSc CWSP, FACCWS, tidak menganjurkan penggunaan kassa sebagai penutup luka. Hal itu karena kassa tidak dapat menjaga kelembapan daerah luka dan dapat meningkatkan risiko infeksi.
"Saat ini perawatan luka selalu mengedepankan pentingnya kerja sama multidisiplin. Pada kasus luka diabetik kaki, perawatan luka dapat ditangani oleh dokter spesialis luka," kata dia.Â
"Namun, bilamana terjadi penyumbatan pembuluh darah di kaki, maka diperlukan keterlibatan spesialis vaskular untuk tindakan revaskularisasi atau perbaikan aliran darah ke tungkai, guna menunjang proses penyembuhan luka yang optimal," tutup dokter Adisaputra.