Mengenal Etilen Oksida yang Ditemukan di Mi Instan Indonesia, Bisa Sebabkan Limfoma dan Leukemia
- Freepik/wirestock
VIVA Lifestyle – Departemen Kesehatan Taiwan melaporkan adanya dua merek mi instan asal Indonesia dan Malaysia yang mengandung karsinogenik atau zat pemicu kanker. Temuan ini dirilis pada Senin 24 April 2023 lalu.
Dalam sebuah pernyataan, Departemen Kesehatan Taiwan menemukan bahwa sejumlah "Mie Kari Putih Ah Lai" dari Malaysia dan sejumlah mi "Indomie: Rasa Ayam Spesial" dari Indonesia, keduanya mengandung etilen oksida, senyawa kimia yang terkait dengan limfoma dan leukemia. Scroll untuk informasi selengkapnya.
Departemen tersebut menjelaskan bahwa kandungan etilen oksida tersebut ditemukan pada mi dan bumbu di produk mi asal Malaysia. Sementara kandungan etilen oksida pada mi instan Indonesia hanya ditemukan pada bumbunya saja.
Melansir laman Taiwan News, ditemukan senyawa etilen pada bumbu Indomie asal Indonesia sebesar 0,187mg/kg. Sementara itu, untuk produk Malaysia, ditemukan 0,065mg/kg etilen oksida ditemukan pada produk minyak, dan 0,084mg/kg etilen oksida terdeteksi pada sausnya.
Chen Yi-ting, yang mengepalai Divisi Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Taipei, mengatakan pemeriksaan mi instan kota dilakukan dengan memilih secara acak 30 produk dari supermarket, toko serba ada, hypermarket, pasar basah tradisional, toko makanan Asia Tenggara dan importir grosir di kota.
Lantas, apa itu etilen oksida yang terdapat di dalam produk mi asal Indonesia dan Malaysia yang ditarik di Taiwan?
Melansir laman Food Standards Australia New Zealand, etilen oksida adalah bahan kimia buatan manusia yang berbentuk gas di atas 10°C. Gas ini diketahui tidak bertahan lama di lingkungan karena ketidakstabilannya.
Penggunaan utama etilen oksida adalah sebagai bahan perantara dalam pembuatan produk industri lebih lanjut (misalnya poliester). Etilena oksida juga memiliki peran sebagai agen sterilisasi dalam alat perawatan kesehatan dan sebagai pestisida fumigan di bidang pertanian.
Dijelaskan juga bahwa secara historis, etilen oksida digunakan sebagai pestisida fumigan untuk mengolah bahan makanan yang dijual di Australia. Karena volatilitasnya, residu etilen oksida dalam makanan setelah pengolahan dapat hilang sepenuhnya seiring waktu.
Namun, penggunaan etilen oksida pada makanan sedang dihapus di seluruh dunia, karena masalah kesehatan yang terkait dengan residu yang mungkin tertinggal dalam makanan sampai dikonsumsi. Alternatif yang lebih aman, seperti penyinaran makanan atau pengolahan uap, semakin banyak digunakan untuk menggantikan pengasapan dengan etilen oksida.
Etilena oksida belum menjadi treatment yang diterima untuk makanan apa pun yang dijual di Australia sejak tahun 2003. Lalu, amankah penggunaan etilen oksida pada makanan?
Dijelaskan bahwa sebelum tahun 2003, etilen oksida adalah perlakuan pestisida yang diizinkan untuk tumbuh-tumbuhan dan rempah-rempah yang dijual di Australia, dengan batas residu (maksimum 20 mg/kg) yang ditentukan dalam Food Standards Code.
Sementara itu, kekhawatiran tentang penggunaan etilen oksida pada makanan berkembang ketika bukti menunjukkan bahwa paparan terus-menerus dalam waktu lama dapat meningkatkan kejadian kanker.
Diputuskan bahwa potensi risiko bagi konsumen Australia yang timbul dari paparan berulang terhadap residu etilen oksida yang mungkin tertinggal dalam makanan memerlukan penghentiannya secara bertahap.
Pada tahun 2003 standar yang mengizinkan penggunaan etilen oksida sebagai pengobatan untuk makanan yang dijual di Australia telah dihapus. Namun Etilen oksida masih dapat digunakan untuk mengolah makanan di negara lain.
Sementara itu, menurut informasi di situs web Biro Zat Beracun dan Kimia di bawah Administrasi Perlindungan Lingkungan Tingkat Kabinet Taiwan, etilen oksida beracun jika dikonsumsi atau dihirup.
Selain menyebabkan limfoma dan leukemia, etilen oksida juga dapat menyebabkan iritasi serius pada kulit dan mata siapa saja yang bersentuhan dengan zat tersebut, bahkan memicu cacat lahir dan keturunan.