Kemenkes Laporkan Penambahan Kasus COVID-19 Arcturus, Ini Gejala Khasnya

Ilustrasi COVID-19/virus corona
Sumber :
  • Freepik

VIVA Showbiz – Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr. Mohammad Syahril mengumumkan tambahan kasus COVID-19 sub varian Arcturus atau XBB 1.16. Dengan bertambahnya kasus COVID-19 tersebut, apa gejala yang harus diwaspadai?

Syahril mengungkapkan bahwa ada 5 kasus tambahan sehingga total mencapai 7 kasus. Namun, Syahril menegaskan bahwa keseluruhan kasus itu sudah sembuh dengan sebelumnya mengalami gejala ringan.

“Semua pasien sudah sembuh, ada 5 kasus 2 dari Surabaya 3 ada di Jakarta. Alhamdulillah semuanya membaik dengan gejala yang ringan,” ujar dr. Syahril, dikutip keterangan persnya.

Sub varian Arcturus masih dalam status under monitoring, tidak termasuk variant of concern. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Ilustrasi COVID-19/virus corona

Photo :
  • Pixabay/Tumisu

Dikatakan dr. Syahril, adanya sub varian baru biasanya telah terjadi kenaikan kasus di negara lain, dari 29 negara ada sejumlah negara yang melaporkan kasus terbanyak antara lain India, Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Australia.

“Ini (sub varian Arcturus) asal mulanya dari India itu sangat banyak. Untuk Indonesia kalau kita melihat dalam satu minggu terakhir ada memang kenaikan kasus dan sudah ditemukan dua kasus di awal pada tanggal 5 April, dan hari ini kita umumkan ditambah 5 jadi 7 kasus,” ucap dr. Syahril.

Angka Kematian Tidak Melebihi Batas

WHO Sebut Larangan Israel terhadap UNRWA di Palestina "Timbulkan Konsekuensi Menghancurkan"

Walaupun terjadi kenaikan kasus, namun angka kematian masih belum melebihi batas yang disyaratkan oleh WHO yaitu saat di bawah 1/100.000 penduduk. Kemudian pasien yang dirawat masih belum di atas 5/100.000 penduduk.

Ilustrasi obat COVID-19.

Photo :
  • Health Europa
Kadin Dorong Kemenkes Kaji Ulang Aturan soal Kemasan Rokok Polos

“Jadi ini parameter-parameter walaupun terjadi kenaikan tapi masih menunjukkan angka-angka di bawah standar WHO itu masih stabil. Ini menjadi catatan kita semua sebagaimana peringatan WHO bahwasanya pandemi masih ada dan kemungkinan akan terjadi kenaikan kasus karena sumber varian baru,” ungkap dr. Syahril.

Gejala COVID-19 Arcturus

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Ia mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada. Gejala dari sub varian baru ini hampir sama dengan gejala COVID-19 sebelumnya, yakni, batuk, flu, demam, dan nyeri tenggorokan.

Namun sejumlah negara ada yang melaporkan gejala khas berupa mata kemerahan atau konjungtivitas dan ada kotoran.

Tak hanya COVID-19, penularan penyakit lain pun harus diwaspadai sehingga masyarakat perlu memakai masker. Pemakaian masker direkomendasikan untuk orang-orang yang merasa sakit seperti batuk flu dan buat mereka yang akan berdekatan dengan orang-orang yang sedang sakit.

Ilustrasi COVID-19/virus corona.

Photo :
  • Pixabay/mattthewafflecat

Tes Antigen Mandiri

Selain itu, untuk meningkatkan pencegahan, pemerintah menganjurkan masyarakat melakukan tes cepat antigen mandiri. Ada dua produk yakni produk dalam negeri dengan kode AKD dan produk luar negeri dengan kode AKL.

Produk itu bisa didapat di toko alat kesehatan, apotek atau tempat lain yang ada izin distribusi alat kesehatannya. Tes cepat antigen mandiri itu menggunakan metode nasal yaitu hanya memasukan alat melalui hidung.

Tata caranya sudah tersedia petunjuk penggunaan pada produk. Setelah melakukan colok idung selanjutnya melakukan pindai kode QR yang ada pada produk melalui aplikasi SatuSehat. Apabila hasilnya positif harus ditindak lanjut dengan PCR.

Tes cepat antigen mandiri ini bisa mendeteksi dini virus COVID-19. Selanjutnya akan mudah melakukan pencegahan atau pengobatan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya