Gaya Hidup Sedentari Picu Berat Badan Naik Hingga Obesitas, Begini Atasinya
- Freepik
VIVA Lifestyle – Sedentary lifestyle atau gaya hidup sedentari yang banyak dianut masyarakat sangat berpotensi memicu kenaikan berat badan.
Gaya hidup sedentari sendiri diartikan sebagai kegiatan yang mengacu pada segala jenis aktivitas yang dilakukan di luar waktu tidur, dengan karakteristik keluaran kalori yang sangat sedikit, yaitu 1.5 METS. Yuk, scroll untuk info selengkapnya.
Tentu saja, perilaku sedentari seperti bermalas-malasan yang identik dengan kaum mageran dan kaum rebahan perlu dibatasi. Sebab, berbagai penelitian menunjukkan, perilaku tersebut merupakan faktor risiko terjadinya obesitas.
"Gaya hidup remaja saat ini yang kerap duduk di depan komputer dan gadget membuat mereka mengalami kesulitan untuk mendapatkan berat badan yang ideal," ujar Nutritionist Talita Ambarsari saat acara Anniversary ke-24 Kusuma Beauty Clinic Modernland di Tangerang, baru-baru ini.
Lebih lanjut Talita menjelaskan, terlebih dengan banyaknya makanan dengan kandungan kalori berlebih, apabila tidak dibatasi konsumsinya, juga akan berimbas pada kenaikan berat badan. Jika dibiarkan terus-menerus, obesitas pun mengintai.
"Sudah banyak kasus-kasus obesitas akibat pola makan yang salah serta kurang berolahraga," kata dia.
Lalu, apa solusinya? Menurut Talita, gaya hidup sedentari bisa dicegah dengan meningkatkan aktivitas fisik. Beberapa olahraga yang dapat dilakukan antara lain berlari, jogging, bersepeda, dengan durasi 150 menit dalam seminggu sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Selain itu, mengurangi waktu sedentari dengan cara sederhana seperti berdiri di dalam transportasi umum, berjalan ketika istirahat makan siang, memasang reminder untuk bergerak setiap 30 menit ketika sedang bekerja dan lebih memilih untuk naik tangga dibanding lift," paparnya.
Nah, jika berat badan sudah terlanjur berlebih, selain melakukan diet sehat dan olahraga rutin, bisa juga dibantu dengan mengikuti program penurunan berat badan.
"Kami punya paket terapi 1 bulan untuk menurunkan berat badan. Tentunya harus dibarengi dengan mengonsumsi nutrisi yang seimbang. Kami menyediakan konsultasi terkait hal itu," tuturnya.
Lebih lanjut Talita menjelaskan, untuk mengikuti terapi penurunan berat badan di Beauty Clinic Kusuma tidak ada batasan usia. Bahkan, ada klien yang berusia 68 tahun berhasil menurunkan berat badan hingga 15 kilogram.
Sementara bagi pasien obesitas, akan dilakukan skrining terlebih dahulu untuk mengetahui apakah ada penyakit bawaan seperti diabetes dan hipertensi atau tidak.
"Kami punya pasien obesitas yang beratnya mencapai 175 kilogram, yang bersangkutan bisa kita turunkan hingga 100 kilogram. Serta, kini dia bisa hidup sehat dengan terus berkonsultasi untuk nutrisinya," pungkasnya.
Talita pun turut meyakinkan bahwa program penurunan berat badan yang dihadirkan klinik ini, dijamin aman.
"Tidak ada rasa sakit karena bukan dibedah dan tidak ada efek samping," tutup Talita Ambarsari.