Mengancam Jiwa, 3 Gejala Dini Kanker Kolorektal Sering Diabaikan
- U-Report
VIVA Lifestyle – Kanker kolorektal merupakan penyakit kanker yang patut diwaspadai oleh semua orang. Meski begitu, kanker usus besar ini sejatinya memiliki gejala dini yang mudah dikenali namun seringkali diabaikan banyak orang. Apa itu?
Data dari Globocan 2020 memperkirakan ada 9.503.710 kasus kanker baru dan 5.809.431 kematian akibat kanker di Asia. Di Indonesia kanker kolorektal menduduki kasus tertinggi kedua pada pria setelah kanker paru dengan jumlah kasus baru pada kanker kolorektal mencapai 34.189 (8.6 persen).
"Kanker kolorektal adalah penyakit di mana sel-sel di usus besar atau rektum tumbuh di luar kendali," ujar Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Pusat, Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP, dalam webinar bertajuk Kenali, Pahami dan Berteman dengan Kanker Kolorektal bersama Merck Sharp & Dohme (MSD) Indonesia, beberapa waktu lalu.
Prof. Aru Sudoyo menambahkan bahwa gejala kanker kolorektal yang dapat muncul yaitu diare, sembelit, buang air besar terasa tidak tuntas, mual, muntah, perut terasa nyeri, kram, atau kembung serta tubuh mudah lelah. Namun, gejala yang lebih khas sebenarnya ada tiga dan sering diabaikan.
"Berat badan turun tanpa sebab yang jelas, rasa lemah berlebihan karena anemia akibat pendarahan pada rektum bagian ujung usus besar atau buang air besar berdarah. Yang ketiga ini sering terlewatkan yaitu perubahan pada pola buang air besar, yang juga sering dianggap sebagai hemoroid atau ambeien," tambahnya.
Perubahan pola buang air besar tersebut biasanya berupa tekstur yang berbeda setiap harinya dan ini yang kerap terlewatkan oleh pasien dan dokter. Banyak tenaga medis yang menganggap bahwa tanda tersebut merupakan gejala ambieien sehingga penanganannya pun terlambat.
"80 persen pendarahan di anus karena ambeien, tapi yang 20 persen ini bisa lolos kalau kita tidak perhatikan. Jadi, harus telusuri sumbernya (perdarahan) dari mana," tegasnya.
Kanker kolorektal atau kanker usus besar merupakan keganasan yang menyerang jaringan usus besar (kolon) dan rektum (bagian usus paling bawah, sampai anus atau dubur). Sebagian besar kanker kolorektal dimulai sebagai pertumbuhan pada lapisan dalam usus besar atau rektum.
Kemungkinan polip berubah menjadi kanker tergantung pada jenis polip tersebut. Jika kanker terbentuk dalam polip, maka kanker tersebut dapat tumbuh ke dinding usus besar atau rektum dari waktu ke waktu. Di Indonesia, kanker kolorektal merupakan kanker dengan angka kematian tertinggi diurutan ke-5.
Saat ini pengobatan kanker kolorektal yang tersedia di Indonesia sudah beragam, yaitu pengobatan kemoterapi konvensional, terapi target dan yang terbaru adalah imunoterapi. Berbagai opsi pengobatan ini memberikan harapan baru bagi pasien kanker kolorektal.
"Setiap pasien kanker kolorektal akan mendapatkan pengobatan yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing pasien sehingga hasil yang didapatkan optimal,” tambahnya.
Salah satu pengobatan terbaru yaitu imunoterapi, adalah jenis pengobatan kanker inovatif yang memanfaatkan kekebalan tubuh untuk menyerang sel kanker, sehingga dapat memberikan kualitas hidup yang lebih baik serta meningkatkan harapan hidup pasien.
"Kanker kolorektal termasuk jenis kanker dengan kemajuan pengobatan paling pesat, dari operasi hingga imunoterapi," tegasnya.
Kanker kolorektal, selain mengancam jiwa, juga memberikan tantangan bagi penyintas, seperti ketidaknyamanan, stress dan sebagainya. Maka, Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan tentang kanker kolorektal, webinar ini mengupas tentang kanker kolorektal, serta memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang tantangan yang dihadapai seorang penyintas kanker kolorektal dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk dukungan lingkungan dan masyarakat kepada para pasien, penyintas, dokter, keluarga, serta perawat pasien.