Zaidul Akbar Ungkap Kaitan Puasa 30 Hari di Ramadhan dengan Proses Apoptosis Tubuh
- Tangkapan layar
VIVA Lifestyle – Pada Bulan Ramadhan umat muslim diwajibkan bagi umat muslim untuk tidak makan dan minum di siang hari. Beragam manfaat berpuasa juga diakui dari sisi medis. Bahkan belakangan ini intermittent fasting juga begitu populer di kalangan dunia barat.
Pola diet intermittent fasting ini dalam islam dikenal dengan puasa Daud. Scroll lebih lanjut.
"Islam adalah agama yang low budget dalam urusan kesehatan, mau sehat gak perlu banyak dana. Puasa daud aja pasti sehatkan selang seling puasa yang mereka sebut intermittent fasting. Kalau ikuti formula Allah luar biasa sekali," kata pendakwah sekaligus praktisi kesehatan sunah Rasul, Dr. Zaidul Akbar mengutip tayangan YouTube Kitab Kuning.
Dijelaskan oleh Zaidul Akbar, Allah memerintahkan umat muslim untuk berpuasa selama 30 hari selama bulan Ramadhan itu ternyata secara medis berkaitan dengan proses apoptosis. Apoptosis adalah proses dimana tubuh membunuh sendiri sel yang rusak.
"Kalau baca sel rusak bisa bunuh diri sendiri 11-14 hari. 365 dibagi 12 ketemu angka 30 maka orang yang enggak islam dalam baca buku ini dia harus stop makan dalam waktu 30 hari. Selama 1 bulan penuh itu Allah menginginkan kita tidak banyak makan untuk selnya bisa bekerja membunuh dirinya sendiri," katanya.
Namun sayangnya selama bulan Ramadhan kata Zaidul Akbar masih banyak umat muslim khususnya di tanah air yang terlalu konsumtif dalam berbuka dan sahur.
"Kata kuncinya kalau mau sehat jangan banyak makan. Dinikmati laparnya karena sebagian besar dari kita sudah banyak energi berlebih yang tidak terpakai. Taunya dari lipatan di pinggang dan perut," ujarnya.
Tidak sampai di situ, ia juga menjelaskan, tidak mungkin Allah menciptakan manusia tanpa SOP-nya. Misalnya saja puasa Ramadhan, puasa senin kamis, ada sebuah petunjuk kalau kita ikuti itu penyakit-penyakit bisa kita cegah dengan pola nabi seperti ini.
"Nanti kalau sudah ada di titik senang menjaga pola iman, maka kita jauh lebih senang puasa dan lapar karena di akhir zaman Aisyah RA makanan kita adalah tasbih, tahmid, tahlil jadi kenyang dengan itu. Makanan yang diperlukan adalah Qolbu," kata Zaidul Akbar.
“Konsep sehat dalam Islam bukan fisik tapi Qolbu semua penyakit fisik itu dimulai dari penyakit hati. Hati akan tampak dari tatapan wajah, mata, maka kalau mau ketemu orang baik maka jadi orang baik dulu," sambungnya.