Dialami Ibunda Julia Perez Usai Kecelakaan, Ini Bahaya Gegar Otak
- IG @katadokter_official
VIVA Lifestyle – Ibu mendiang Julia Perez (Jupe), Sri Wulansih menjadi korban kecelakaan lalu lintas hingga pingsan di tempat. Rupanya, bahaya kecelakaan ini tak main-main karena mengakibatkannya harus dirawat di rumah sakit lantaran mengalami gegar otak.
Informasi itu disampaikan oleh adik Jupe, Nia Anggia, dalam unggahan di Instagram Stories pada Rabu, 5 April 2023. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Nia mengungkapkan bahwa ibundanya itu masih dirawat di rumah sakit karena mengalami geger otak usai menjadi korban keserempet motor.
"Kondisi mamaku skrg masih dirawat di Rs, mama gegar otak ada bejolan darah diotaknya. Pembekuan darah," tulis Nia Anggia dikutip VIVA, Kamis, 6 April 2023.
Nia menjelaskan, pada saat keserempet motor, ibunya itu sampai terpental jauh hingga kepalanya membentur aspal dan sempat pingsan. Hal itu yang membuatnya segera dilarikan ke rumah sakit untuk segera ditangani.
"Karena waktu keserempet motor terpental jauh dan kepala nya kebentur batu/aspal. Pingsan ditempat," tulisnya.
Lantas, apa itu gegar otak dan bagaimana bahayanya dalam jangka panjang? Berikut ulasannya dikutip laman AANS
Menurut laporan pengawasan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) tentang cedera otak traumatis (TBI), sekitar 2,87 juta kunjungan UGD terkait TBI, rawat inap, dan kematian terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2014.
Setiap tahun, lebih dari 800.000 anak dirawat karena TBI di unit gawat darurat di AS. Insiden TBI tertinggi terjadi pada orang berusia di atas 75 tahun, anak-anak berusia 0-4 tahun, dan individu berusia 15-24 tahun.
Gegar Otak dalam Medis
Gegar otak adalah cedera pada otak yang mengakibatkan hilangnya fungsi otak normal untuk sementara.
Secara medis, ini didefinisikan sebagai sindrom klinis yang ditandai dengan perubahan fungsi otak secara langsung dan sementara, termasuk perubahan status mental atau tingkat kesadaran, yang dihasilkan dari kekuatan mekanik atau trauma.
Penyebab
Gegar otak dapat disebabkan oleh trauma langsung pada kepala, seperti karena terjatuh, terbentur, atau mengalami kecelakaan. Mereka juga dapat terjadi akibat percepatan-perlambatan kepala yang cepat, seperti pada cedera whiplash atau cedera ledakan, seperti di zona perang.
Banyak orang berasumsi bahwa gegar otak melibatkan pingsan atau kehilangan kesadaran. Dalam beberapa kasus, tanda-tanda eksternal dari trauma kepala, seperti perdarahan, mungkin tidak nampak.
Gejala
Gegar otak dapat memengaruhi ingatan, penilaian, refleks, ucapan, keseimbangan, dan koordinasi otot. Orang dengan gegar otak sering melaporkan periode singkat amnesia atau kelupaan, di mana mereka tidak dapat mengingat apa yang terjadi sebelum atau setelah cedera.
Mereka mungkin bertindak bingung, linglung, atau menggambarkan "melihat bintang".
Paramedis dan pelatih atletik yang mencurigai seseorang menderita gegar otak dapat bertanya kepada orang yang cedera apakah mereka mengetahui namanya, bulan/tahun berapa dan di mana mereka berada.
Bahaya Jangka Panjang Gegar Otak
Bahkan gegar otak ringan tidak boleh dianggap enteng. Ahli bedah saraf dan ahli cedera otak lainnya menekankan bahwa meskipun beberapa gegar otak tidak seserius yang lain, tidak ada yang namanya gegar otak ringan.
Dalam kebanyakan kasus, gegar otak tunggal seharusnya tidak menyebabkan kerusakan permanen. Gegar otak kedua segera setelah yang pertama efeknya melumpuhkan secara permanen.
Setelah gegar otak, beberapa orang mungkin menderita gejala yang menetap, seperti masalah ingatan dan konsentrasi, perubahan suasana hati, perubahan kepribadian, sakit kepala, kelelahan, pusing, susah tidur, dan rasa kantuk yang berlebihan selama beberapa minggu hingga bulan. Ini dikenal sebagai sindrom pasca-gegar otak.
Pasien dengan sindrom pasca-gegar otak harus menghindari aktivitas yang membuat mereka berisiko mengalami gegar otak berulang. Atlet tidak boleh kembali bermain saat mengalami gejala tersebut.
Atlet yang menderita gegar otak berulang harus mempertimbangkan untuk mengakhiri partisipasi dalam olahraga tersebut.
Sindrom dampak kedua terjadi akibat pembengkakan otak akut dan seringkali fatal yang terjadi saat gegar otak kedua bertahan sebelum pemulihan total dari gegar otak sebelumnya.
Dampaknya diduga menyebabkan kongesti vaskular dan peningkatan tekanan intrakranial, yang dapat terjadi dengan sangat cepat dan mungkin sulit atau tidak mungkin dikendalikan.
Pencegahan
Beli dan gunakan helm atau tutup kepala pelindung yang disetujui oleh pemerintah untuk olahraga dan berkendara setiap saat. Helm dan tutup kepala tersedia dalam berbagai ukuran dan gaya, dan harus pas untuk memberikan perlindungan maksimal terhadap cedera kepala.
Selain pakaian atau perlengkapan keselamatan lainnya, helm atau tutup kepala harus dipakai setiap saat di olahraga tertentu dan berkendara.