Diabetisi Boleh Konsumsi Takjil Manis saat Buka Puasa, Ini Anjuran Dokter

Pasar takjil di Benhil
Sumber :
  • VIVA/Agus Setiawan

VIVA Lifestyle – Sajian takjil yang manis dan menyegarkan kerap menjadi momok menakutkan bagi para pasien diabetes yang khawatir mengalami lonjakan gula darah. Sebenarnya, diabetisi bukan berarti dilarang mengonsumsi sajian manis, hanya saja perlu menakar kadar gula yang dikonsumsi agar tidak berlebihan.

Studi: Bukan Pagi, Ternyata Lari Sore Paling Ampuh Turunkan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes

Sebelum berpuasa, kita harus memastikan bahwa tubuh kita akan baik-baik saja jika tidak mengonsumsi makanan dan minuman selama lebih dari 12 jam setiap hari. Hipertensi dan diabetes melitus adalah salah satu masalah kesehatan yang harus diperiksa sebelum memulai puasa. Scroll lebih lanjut ya.

Bagi mereka yang memiliki hipertensi berat, kurangnya konsumsi elektrolit karena puasa dapat meningkatkan risiko aritmia jantung, yaitu detak jantung yang tidak teratur. Selain itu, bagi mereka dengan jenis diabetes tertentu (misalnya, diabetes tipe 2), puasa dapat mengakibatkan hipoglikemia yang bisa berdampak fatal.

7 Jenis Makanan yang Baik untuk Kaum Asam Lambung dan Cara Menyajikannya

"Pada penyandang diabetes dengan pemakaian insulin, kalau gula darah terkontrol, masih bisa puasa asalkan sebelum puasa, satu bulan sebelumnya ketemu dokter untuk penyesuaian dosis obat," ujar Spesialis Gizi Klinik di RS Pondok Indah Jakarta Juwalita Surapsari, dalam webinar beberapa waktu lalu.

5 Buah untuk Diabetes yang Aman dan Enak Dikonsumsi

Dokter Juwalita menambahkan, penyandang diabetes sebenarnya menjadi lebih terkontrol secara pola makan saat berpuasa karena membatasi asupan makan. Namun yang perlu dicatat, tidak berlebihan mengonsumsi gula saat buka puasa melalui takjil yang begitu segar. Lantas, bagaimana mengatur kadar gula yang dikonsumsi tersebut?

"Penyandang diabetes bukan berarti tidak boleh makan gula, tetap boleh, konsumsi sekitar 25 gram atau 2 sdm sehari. Misal mau kolak, tinggal sesuaikan jumlah gulanya tidak lebih dari itu," katanya.

Ilustrasi diabetes

Photo :
  • Pixabay/ tumisu

Penting, kata Juwalita, untuk tidak serakah dalam mengonsumsi sajian berbuka puasa yang cenderung tinggi gula. Perlu untuk menjalani momen buka puasa dengan mindfullness atau penuh kesadaran agar tidak kalap dengan mengonsumsi sajian-sajian yang manis yang malah berisiko pada peningkatan kadar gula darah.

"Masih bisa asal nggak serakah, mau minum manis iya, cemilan juga manis-manis. Yang mana yang sangat diinginkan, ambil yang itu agar gula darah terkontrol. Boleh konsumsi manis asal dalam porsi sewajarnya. Cara ini juga bisa diterapkan saat hari raya," katanya.

Sama halnya dengan pasien yang mengalam gangguan pada lambung, yang berisiko mengalami masalah apabila asupan berbuka puasanya terlalu berlebihan dan tidak tepat. Menurutnya, dengan puasa justru membantu menjaga pola makan seimbang, namun harus disertai dengan cara berbuka puasa yang baik dan benar.

Pedagang membungkus minuman untuk dijual di Pasar Takjil Benhil, Jakarta, Senin, 6 Mei 2019.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

"Pasien dengan gangguan lambung ketika buka hindari makanan minuman yang memicu teriritasi. Paling klasik jangan minum es dulu. Sudah puasa 12 jam, lalu minum es, itu iritasi lambung. Minum yang manis dan hangat dulu. Lanjut makan malam. Sahur harus dengan porsi tidak berlebihan," ujarnya.

Juwalita pun menekankan pentingnya mengukur tekanan darah dan kadar gula darah secara rutin selama Ramadan. Dengan begitu, kondisi kesehatan tetap terjaga dengan puasa yang lancar sampai Hari Raya Idul Fitri tiba.

"Pengukuran tekanan darah dan gula darah selama Ramadan harus dilakukan secara rutin untuk mengetahui secara akurat kondisi tekanan darah dan kadar gula darah serta menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, seperti hipoglikemia atau hiperglikemia," kata Juwalita.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya