Ahli Khawatir, Label Potensi Bahaya Kemasan Malah Ciptakan Gizi Buruk

Ilustrasi kemasan plastik.
Sumber :
  • Pixabay/pexels

VIVA Lifestyle – Guru Besar Bidang Keamanan Pangan dan Gizi di Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB), Ahmad Sulaeman, mengkhawatirkan pelabelan potensi bahaya kemasan yang dinilai belum jelas justru akan memperburuk gizi masyarakat. 

Hal itu disebabkan adanya ketakutan masyarakat untuk mengonsumsi produk yang sebetulnya sangat dibutuhkan tubuh manusia dan beralih ke produk-produk lain yang justru belum bisa terjamin kualitas dan kandungan gizi produknya. Kebijakan pangan yang seolah ingin mengatasi sebuah masalah, dinilai bisa menimbulkan masalah baru yang lebih besar. Scroll untuk info selengkapnya. 

Dia mencontohkan seperti wacana pelabelan potensi bahaya Bisfenol A (BPA) dari kemasan galon guna ulang yang meskipun belum terbukti secara ilmiah. Menurutnya, saat dilakukan pelabelan itu, masyarakat bisa dipastikan khawatir untuk meminum semua jenis yang namanya air minum dalam kemasan termasuk yang non BPA. Hal itu mengingat kemasan yang non BPA atau kemasan botol dan galon sekali pakai juga memiliki zat-zat kimia berbahaya. 

Ilustrasi BPA.

Photo :
  • Pixabay.

"Pasti akan berimbas juga. Karena masyarakat taunya kan air minum dalam kemasan,” ujar Ahmad dalam keterangannya, dikutip Rabu 5 April 2023. 

Sementara, kata Sulaeman, air yang layak untuk diminum itu tidak banyak tersedia di masyarakat. Akhirnya, lanjutnya, masyarakat akan lebih baik untuk menahan tidak minum karena ada ketakutan untuk membeli air minum dalam kemasan. 

"Akibat menahan haus, itu dampaknya jadi ke dehidrasi dan mungkin mengakibatkan munculnya berbagai penyakit lain. Kecuali pemerintah bisa menyediakan air minum secara gratis dan ada di mana-mana,” tukasnya.

Dengan ketakutan masyarakat untuk mengonsumsi air minum kemasan, Sulaeman juga khawatir masyarakat akan banyak yang menggunakan air sumur sebagai air minum yang kualitasnya belum bisa dijamin baik untuk kesehatan. 

Lobster Ternyata Sangat Disarankan Buat Ibu Hamil untuk Cegah Anemia dan Stunting, Tapi...

"Jadi, jangan sampai hanya untuk menghindari satu bahaya yang belum terbukti kebenarannya tapi muncul bahaya baru. Kita menghindari bahaya dari kimia, tapi akhirnya muncul  bahaya yang lain misalnya dari mikrobiologi,” tukasnya.

Dia mengutarakan kalau dilihat dari aspek gizi, air adalah sumber kehidupan. Air menjadi gizi utama tubuh yaitu sekitar dua pertiga ukuran tubuh. Menurutnya, manusia bisa menahan lapar lebih dari 100 jam, Tapi, lanjutnya, kalau tidak minum lebih dari 100 jam atau beberapa jam saja, manusia akan mengalami dehidrasi. 

Sering Diremehkan, Padahal Air Minum Berkualitas Pengaruhi Gizi Ibu Hamil dan Janin

Ilustrasi galon.

Photo :
  • Pixabay

"Apalagi sekarang sudah banyak masyarakat yang mengalami dehidrasi karena kekurangan air minum. Jadi, kalau kemudian masyarakat hanya karena gara-gara isu yang belum jelas nggak minum, ini kan sangat berbahaya dan berdampak bagi kesehatannya,” tuturnya.

Bahaya BPA Ditegaskan Bukan soal Bisnis, Tapi Ancam Kesehatan Konsumen

Dia menjelaskan dampak dari kekurangan air minum itu bisa mengganggu metabolisme tubuh. Dehidrasi juga menimbulkan berbagai penyakit lainnya seperti darah tinggi, pusing, mual, darah menjadi kental, dan lain-lain. 

“Jadi sangat berisiko untuk kesehatan kita,” ucapnya.

Jadi, menurutnya, seharusnya pemerintah beruntung ada pihak swasta yang menyediakan air minum dalam kemasan dengan harga murah  sehingga masyarakat terhindar dari risiko dehidrasi. 

"Sekarang, kalau mau minum orang nggak perlu nahan haus. Kebutuhan air minum tinggal beli saja dan cukup murah,” katanya.

Apalagi dengan adanya air minum galon guna ulang, menurut Sulaeman, sangat membantu sekolah-sekolah maupun kalangan mahasiswa. Dia mencontohkan di IPB sendiri, penyediaan air minum kemasan galon guna ulang ini sangat membantu ketersediaan air minum bagi para mahasiswa. 

"Mereka hanya membawa tumbler saja dan tinggal mengisinya dari air galon guna ulang yang disediakan di kampus,” pungkas Ahmad Sulaeman.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya