Pasien TBC Tak Boleh Makan Nasi Putih saat Puasa, Fakta atau Mitos?

Ilustrasi nasi.
Sumber :
  • Freepik/KamranAydinov

VIVA Lifestyle – Puasa Ramadhan dilaksanakan bagi setiap umat muslim di dunia agar beribadah kepada Allah SWT selama sebulan penuh. Termasuk bagi seseorang dengan penyakit kronis seperti tuberculosis (TBC) pun boleh saja berpuasa, namun benarkah ada pantangan untuk makan nasi putih?

Pengurus PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia), Dr. dr. Fathiyah Isbaniah, Sp.P(K)., mengatakan bahwa pasien TBC membutuhkan gizi dengan mengonsumsi porsi seimbang. Salah satunya adalah jenis karbohidrat yang seringkali berasal dari nasi putih, di mana boleh dikonsumsi namun dengan porsi yang cukup.

"Boleh saja (nasi putih) tapi memang harus diperhatikan takaran. Bagi pasien TBC dengan penderita diabetes harus perhatikan jumlah nasi putihnya, perhatikan kalori, tapi bukan berarti tidak boleh," tuturnya dalam webinar Kalbe Farma bertajuk 'PAHAMI, AKHIRI TBC', baru-baru ini.

Ilustrasi nasi.

Photo :
  • U-Report

Menurut Dokter Fathiya, sumber makanan yang justru harus dihindari pasien TBC dan penyakit kronis lainnya adalah jenis makanan cepat saji, termasuk makanan olahan seperti sosis. Sebab, sumber makanan itu tak memberikan manfaat apapun bagi tubuh sehingga tak ada gizi yang didapatkan selama puasa.

"Pasien TBC bisa aktivitas seperti biasa dan pesannya tetap intake bagus saat sahur dan buka. Jangan makan makanan fast food yang kurang mengandung gizinya," terangnya.

Penting untuk tetap sahur dengan konsumsi gizi yang seimbang serta tak melupakan asupan obat agar menghindari keluhan berupa mual dan muntah. Namun, bagi pasien TBC yang harus konsumsi obat lebih dari 2 kali dan mengalami keluhan berat, dianjurkan agar konsultasi ke dokter terlebih dahulu untuk saean berpuasa.

"Jadinya bagi pasien TBC yang sedang minum obat tidak ada halangan untuk puasa terlebih kalau misalnya minum obat hanya sekali sehari yaitu bisa disiasati sebelum sahur. Silakan jalankan puasa. Kalau mual muntah sampai berlebihan pasiennya bisa dapatkan keringanan tidak puasa dulu," tambahnya.

TBC merupakan salah satu penyakit infeksi menular yang penyebarannya melalui percikan air liur saat berbicara, batuk, atau bersin. Penularan penyakit ini sering kali pada kondisi imun yang rendah. Siapa saja dapat tertular TBC, namun belum tentu menjadi sakit. Orang dengan imunitas atau daya tahan tubuh rendah yang paling berisiko, yaitu anak, orang dengan HIV / AIDS, orang usia lanjut, penyandang Diabetes Mellitus, perokok, peminum alkohol, dan orang kontak erat atau kontak serumah dengan pasien TBC.

Ditanya Soal Kunci Berat Badan Ideal, Michelle Ziudith Jawab Puasa dan Salat

Gejala TBC, di antaranya batuk terus-menerus (berdahak maupun tidak berdahak), demam meriang berkepanjangan, sesak nafas dan nyeri dada, berat badan menurun, kadang-kadang dahak bercampur darah, nafsu makan berkurang, serta berkeringat di malam hari meski tanpa melakukan kegiatan,” ungkap Dr. Fathiyah.

Ilustrasi pasien TBC.

Photo :
  • Dokumentasi IPB
Eliminasi TBC 2030: Upaya Baru untuk Mengatasi Masalah Tuberkulosis di Indonesia

Ia menjelaskan, jangan panik apabila terdiagnosis TBC, karena penyakit ini dapat disembuhkan setelah menjalani pengobatan dengan cara tepat selama minimal enam bulan. Pengobatan TBC pun tidak boleh dilakukan sembarangan, tergantung dari tipe penyakit TBC yang dialami. Sehingga, pengobatan TBC harus diawasi oleh dokter dan dilakukan di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit atau puskesmas. Kabar baiknya, pengobatan pasien TBC di Indonesia ditanggung BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial).

“Walaupun sudah sembuh total, penyakit TBC masih memiliki kemungkinan untuk kambuh. Kasus kambuh ini sering terjadi pada penderita dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Menjaga daya tahan tubuh setelah dinyatakan sembuh itu sangat penting. Pastikan untuk mengonsumsi makanan yang seimbang yang mengandung semua nutrisi seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral,” jelasnya.

Pola Makan Orang Puasa Berdampak pada Otak

Sedangkan pencegahan TBC dapat dilakukan dengan sirkulasi udara yang baik, cahaya matahari alami, serta menjaga kebersihan dan kekebalan tubuh. Kalbe Farma juga turut mendukung gerakan pencegahan atau pemutusan mata rantai TBC dengan produk-produk multivitamin yang dibutuhkan untuk meningkatkan imunitas pasien dan keluarga pasien TBC.

“Produk Kalbe yang dapat mendukung kualitas hidup pasien TB di Indonesia adalah multivitamin Zegavit dan Vitamin D3 Prove D3. Keduanya dapat dikonsumsi setelah makan dan bersamaan, untuk dosisnya Zegavit cukup sekali sehari. Sedangkan Prove D3, dapat dikonsumsi sesuai kebutuhan, dengan sediaan Drops 400 IU dan 1000 IU per tablet,” kata Brand Manager Prove D3 & Zegavit PT Kalbe Farma Tbk, Kenny Kowira.

Ilustrasi menguap, mengantuk, malas.

Mengantuk Parah Setelah Makan Siang, Tanda Diabetes?

Gula darah yang tinggi dikenal sebagai hiperglikemia, yang umum terjadi pada penderita diabetes.

img_title
VIVA.co.id
7 November 2024