TBC, Penyakit Menular Renggut 1 Juta Nyawa Setiap Tahun Akibat Resisten Obat

Ilustrasi batuk.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA Lifestyle – Menurut WHO, Tuberculosis (TBC) merupakan salah satu penyakit menular yang mematikan di dunia disebabkan oleh infeksi bakteri dan telah merenggut lebih dari 1,5 juta nyawa setiap tahunnya. Meskipun TBC dapat disembuhkan bila diobati dengan tepat, TB-Resistan Obat (TB-RO) masuk dalam kategori darurat kesehatan bagi masyarakat di seluruh dunia. 

FUJIFILM Pakai Teknologi AI Bantu Pemerintah Perangi TB di Indonesia

Peningkatan penderita resistan obat di tahun 2020 dan 2021 menunjukkan suatu keadaan darurat kesehatan masyarakat secara global. Diperkirakan ada 450.000 orang yang menderita TB resisten terhadap antibiotik rifampicin atau rifampicin resistance (RR), namun hanya 30 persen dari kasus yang terdeteksi, terdaftar dalam pengobatan TB-RO. 

"Pemerintah terus berupaya untuk terus memperluas distribusi alat pemeriksaan tuberkulosis serta laboratorium pemeriksaannya. Setidaknya untuk alat tes cepat molekuler sudah tersedia sebanyak 2.201 alat yang tersebar di 34 provinsi," ujar Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Kindi Adam, dalam webinar Illumina peluncuran Uji Deeplex Myc-TB, Senin 20 Maret 2023.

Eliminasi TBC 2030: Upaya Baru untuk Mengatasi Masalah Tuberkulosis di Indonesia

Meningkatnya Kematian Akibat TBC

Angka Kasusnya Masih Tinggi, Waspada Penularan TBC di Tempat Kerja

Lebih lanjut, akibat dari pandemi COVID-19 pada tahun 2020, kematian akibat TB meningkat untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir. Hal ini juga sebagai dampak dari resistensi obat sehingga bakteri TBC rentan memicu komplikasi pada pasien. Chief medical officer Illumina Phil 
Febbo, mengatakan bahwa penanganan pandemi COVID-19 yang mulai membaik seharusnya menjadi langkah dalam mendukung pencegahan resistensi obat TBC mau pun meluasnya penyakit tersebut.

"Penanganan pandemi COVID-19 telah meningkatkan kapasitas NGS (next-generation sequencing) di seluruh dunia, sehingga saat ini berbagai institusi memiliki platform yang diperlukan untuk mendukung pengujian resistensi obat TB dan meningkatkan kelangsungan hidup pasien TB, penyebab utama kematian akibat penyakit menular sebelum COVID," beber Phil.

Gejala Samar

Kementerian Kesehatan Indonesia mencatat bahwa per 2 Januari 2023, terdapat 969.000 kasus TB aktif di Indonesia, dengan 301 kasus TB per 100.000 penduduk, dan angka kematian 34 orang per 100.000 penduduk. Dari jumlah tersebut, kasus TB-RO yang dapat dideteksi hanya 40 persen. 

Sisanya yang 60 persen masih menjadi 'masalah laten' dan menghambat pemerintah untuk mencapai target eliminasi kasus yakni 65 per 100.000 penduduk pada tahun 2030. Karena gejala TB RO tidak berbeda dengan TB biasa, mendeteksi pasien yang tidak responsif terhadap pengobatan menjadi satu-satunya cara. 

Situasi ini mungkin lebih buruk di Indonesia karena survei Stop TB Partnership Indonesia pada tahun 2022 mengungkapkan bahwa kesadaran akan gejala TB masih rendah. Fakta ini dapat menghambat tindakan pencarian pelayanan kesehatan untuk mendeteksi TB-RO secara dini.

Mendeteksi TB-RO di Indonesia

Ilustrasi paru-paru/rontgen/x-ray.

Photo :
  • Freepik/pressfoto

Dengan demikian meningkatkan infrastruktur untuk memiliki teknologi deteksi resistensi obat TB yang ekstensif sangatlah penting. Oleh karena itu, dukungan dari semua pemangku kepentingan sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa TB-RO dapat disembuhkan dan mengenalkan mereka pada teknologi yang ada untuk membantu mereka mendapatkan pengobatan yang tepat.

"Meskipun membutuhkan keberanian ekstra bagi pasien TB untuk menjalani tes resistensi obat, 
memberanikan diri untuk menjalani TB-RO adalah cara terbaik bagi mereka untuk sembuh dalam waktu yang diperkirakan," terang Ketua Perhimpunan dan Organisasi Pasien TB Indonesia dan Penyintas TB-RO, Budi Hermawan, di kesempatan yang sama.

Teknologi Uji Deeplex Myc-TB

Menjalani TB-RO salah satunya dengan teknologi yang sudah dirancang dengan baik. Ini seperti pada Uji Deeplex Myc-TB, yang dikembangkan dan diproduksi oleh GenoScreen sejak 2019.

Teknologi ini menggunakan pendekatan berbasis kultur bebas untuk mengidentifikasi mikobakteri TB dan lebih dari 100 spesies mikobakteri non-TB, serta untuk memprediksi resistensi terhadap 15 antibiotik, dalam 24 hingga 48 jam—secara langsung dari sampel pernapasan primer.

"Pengalaman pribadi saya mengajarkan saya bahwa peralatan medis yang canggih untuk pemeriksaan TB-RO berkontribusi pada diagnosis yang akurat, cepat, dan menjadi variabel utama dalam upaya saya untuk sembuh dari TB," ujar Ketua Perhimpunan dan Organisasi Pasien TB Indonesia dan Penyintas TB-RO, Budi Hermawan, di kesempatan yang sama.

Aplikasi web Deeplex untuk analisis otomatis dari data sekuensing memungkinkan dokter untuk dengan mudah menginterpretasikan hasil dan menentukan langkah selanjutnya.

"Sebagai ahli dalam solusi genomik TB global, kami percaya kemitraan dengan Illumina akan 
mempercepat penyebaran global uji Deeplex Myc-TB kami, terutama untuk negara-negara yang paling membutuh," ujar CEO GenoScreen, André Tordeux.

Pekerjaan Terbanyak Sensitif Obat TBC

Ilustrasi aksi buruh

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Terpisah, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan dr. Imran Pambudi, MPHM mengatakan jumlah kasus TBC sensitif obat berdasarkan jenis pekerjaan tahun 2022 paling banyak dialami oleh buruh sebanyak 54.800 orang, petani 51.900 orang, dan wiraswasta 44.200 orang.

Sementara untuk jumlah kasus TBC resisten obat berdasarkan jenis pekerjaan Tahun 2022 paling banyak ada di wiraswasta 751 orang, buruh 635 orang, dan pegawai swasta BUMN atau BUMD 564 orang.

Angka keberhasilan pengobatan TBC sensitif obat di Indonesia pada tahun 2022 sebanyak 85 persen, paling tinggi ada pada tenaga profesional medis 79 persen, tenaga profesional non medis 78 persen, PNS 73 persen, kemudian disusul dengan yang lain.

Sementara angka keberhasilan pengobatan TBC resisten obat di Indonesia tahun 2022 secara umum keberhasilannya 55%. Dari angka tersebut yang paling tinggi adalah tenaga profesional medis 75%, tenaga profesional non medis 67%, guru atau dosen 66%, diikuti profesi yang lainnya.

“Edukasi itu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan TBC karena pengobatannya lama. Kalau TB SO itu 6 bulan minimal, kalau TB RO itu minimal 1 tahun,” ujar dr. Imran pada konferensi pers hari TBC Sedunia 2023, secara virtual.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya