Kemenkes: Faktor Genetik Picu Bayi Obesitas 27kg, Bentuk Kaki O hingga Sulit Jalan
- VIVA/Rahmat Fatahillah Ilham
VIVA Showbiz – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menuturkan bahwa diagnosis awal pada bayi bernama Kenzi yang ditemukan kelebihan berat badan alias obesitas merujuk pada kelainan genetik.
Menurut Kemenkes, kejadian ini sangat langka sehingga membutuhkan pemeriksaan yang panjang dan tepat. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
“Faktor genetik menjadi pemicu kondisi obesitas pada Kenzi, dan ini merupakan kasus yang sangat langka, jadi kepastian hasil pemeriksaan Lab sangat penting untuk menentukan diagnosis pasien,” jelas Juru Bicara Kementerian Kesehatan dokter M Syahril, dalam keterangannya.
Kasus Sangat Langka
Ada pun, Kemenkes melalui tim RSCM masih terus mencari penyebab pasti kasus bayi obesitas yang dialami Kenzi. Dugaan awal penyakit dipicu oleh kelainan genetik.
Kasus yang dialami Kenzi termasuk langka, sehingga dibutuhkan pemeriksaan yang menyeluruh dan spesifik melalui pemeriksaan laboratorium.
Balita Kenzi merupakan anak yang mengalami kelebihan berat badan yang mencapai 27 kilogram di usia 16 bulan.
Dampaknya Sulit Jalan
Kondisinya memicu permasalahan yang lainnya seperti bentuk kaki yang tidak sempurna (membentuk O), hingga keterlambatan perkembangan. Di usia saat ini Kenzie belum mampu berjalan.
Kendati demikian, hingga saat ini masih dilakukan pemeriksaan penyebab pasti kasus obesitas yang dialami Kenzie. Hasil Lab kurang lebih akan diterima dalam kurun waktu 21 hari kerja.
Selama menunggu hasil Lab, balita Kenzi mendapatkan penanganan dari tim dokter RSCM Jakarta, mulai dari dokter Spesialis Ana, Spesialis Gizi, Divisi Penyakit Langka, hingga Spesialis Fisioterapi.
Yang menjadi tantangan saat ini adalah kepatuhan dari orangtua balita Kenzi untuk menjalankan saran dari tim dokter. Perkembangan Kenzi juga terus dimonitor oleh Puskesmas setempat.
"Kami akan berupaya semaksimal mungkin dalam menangani kondisi pasien Kenzie, terutama saat ini fisioterapi terus dilakukan untuk mengejar keterlambatan perkembangan pasien,” ujar dr. Syahril.
Sebelumnya diberitakan VIVA, Direktur RSCM, dr Lies Dina Liastuti, mengatakan bahwa pemeriksaan pada bayi Kenzie masih berlangsung untuk memastikan penyebab kelebihan berat badannya, baik itu riwayat penyakit atau penyebab lainnya.
Sebab, kasus bayi Kenzi ini terbilang cukup langka di Indonesia dan dunia
"Kenzie masih diperiksa, kan kasusnya langka, jadi nggak mudah untuk mencari penyebabnya. Bukan hanya karena pola makan tapi karena masalah faktor genetika, masalah nutrisi, dan itu nggak banyak kan case-nya," terangnya di RSCM, Jakarta, Jumat 3 Maret 2023.
Terlebih, Lies sendiri belum mendapatkan diagnosis pasti mengenai tipe obesitas pada bayi Kenzie karena masih butuh hasil laboratorium. Namun, dari dugaan awal para dokter, ada kelainan genetika yang berperan terhadap penyakit kelebihan berat badannya.
"Obesitas itu lagi dicek kan, itu kan obesitasnya kan tidak biasa. Kalau anak gemuk kebanyakan makan kan biasa ya, ini kan bukan karena kebanyakan makan tapi ada suatu kelainan bawaan genetika," tambah Lies.
Lies menyebutkan bahwa penanganan pada bayi Kenzie dibutuhkan tim dokter yang tepat dari berbagai divisi.
Berbeda dengan kasus obesitas biasa yang hanya melibatkan dokter gizi, pada kasus bayi Kenzie butuh keterlibatan divisi penyakit langka, dokter spesialis anak, serta dokter spesialis gizi.
"Dari divisi penyakit langka masih berkolaborasi untuk mengetahui penyebabnya," tambahnya.