Dokter Tak Anjurkan Pakai Hijab dan Ikat Rambut Begini, Dampaknya Rontok Hingga Botak
- U-Report
VIVA Lifestyle – Rambut merupakan mahkota bagi tiap individu yang patut dijaga kesehatan serta kebersihannya dengan cara yang tepat. Sayang, banyak yang tak memahami cara menjaga rambut sehingga justru rentan mengalami kerontokan sampai kebotakan hanya karena kebiasaan sederhana yang dilakukan ini.
Spesialis Kulit & Kelamin Bamed, dokter Mohammad Yoga Adi Waskito, Sp.D.V.E, mengatakan bahwa memakai hijab bagi muslimah tak boleh sembarangan.
Paling utama, selalu pastikan memakai hijab dengan dalam keadaan rambut yang sudah benar-benar kering. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
"Ada gangguan sirkulasi di rambut usai pakai hijab. Keringkan dulu rambut, jangan basah. Gunakan jilbab bahannya yang dapat serap keringat seperti sifon, katun. Kalau pakai ciput, jangan terlalu ketat, jadi rambut bisa ikut ketarik," ungkapnya dalam acara Bamed Hair Care, di Jakarta, Senin 13 Maret 2023.
Selain memilih bahan jilbab, dokter Yoga juga menganjurkan memilih bahan dalaman jilbab yang menyerap keringat lebih baik.
Setelahnya, usahakan tidak terpajan panas dalam waktu lama dan terlalu sering seperti dari hair dryer atau matahari. Pastikan juga tidak mengikat rambut terlalu kencang karena dapat memicu kerontokan hingga botak.
"Pajanan air terlalu banyak, panas, menyisir terlalu sering dapat memicu rambut rontok," tambahnya.
Pada dasarnya, dokter Yoga mengatakan bahwa penyebab kelainan pada rambut dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu bawaan (genetik) dan didapat.
Faktor penyebab yang didapat mencakup efek samping obat, efek hormon, setelah melahirkan, stres, dan perawatan rambut yang salah. Perawatan rambut yang salah juga memicu rontok.
"Seperti sering mewarnai rambut, mencuci rambut secara berlebihan, menyisir rambut berlebihan, pemanasan rambut dengan suhu tinggi dan berulang kali, dan sering berjemur di bawah sinar matahari,” jelasnya.
Kerontokan merupakan salah satu masalah rambut yang paling sering dialami. Kerontokan rambut yang berlebih dapat menyebabkan kebotakan (Alopesia).
Kebotakan akibat pengaruh hormonal, atau disebut Alopesia Androgenetika (AGA), terjadi pada hampir 50 persen penduduk dunia. Selain itu, Alopesia Areata (AA) terjadi pada 2,11 persen penduduk dunia.
Di Indonesia, lima permasalahan rambut terbanyak adalah sebagai berikut, Alopesia Areata (50 persen), Alopesia Androgenetika (31,2 persen), Telogen Effluvium (14 persen), Alopesia Sikatrisial (3,1 persen) dan Trikotilomania (1,6 persen).
"Tanda rambut rusak adalah mudah patah, tampak kusam, mengalami perubahan warna, serta rontok lebih besar dari 100 helai/hari, Kerontokan rambut dapat disertai kebotakan, kemerahan pada kulit kepala, jaringan parut, dan sisik pada kulit kepala,” .
“Menentukan jenis dan penyebab rambut rusak adalah hal yang penting untuk menentukan pengobatan dan tindakan yang sesuai. Konsultasikan permasalahan rambut yang dialami ke dokter spesialis dermatologi dan venereologi agar dapat ditangani segera,” kata dokter Yoga.
Chief Medical Ancillary Services Officer Bamed, Adhimukti T. Sampurna, Sp.D.V.E, Subsp.O.B.K, FINSDV, FAADV setuju bahwa perawatan yang salah ada rambut memicu kerontokan.
Terlebih pada beberapa orang, kulit kepala lebih sensitif sehingga proses pewarnaan rambut justru memicu iritasi.
"Makanya perawatan seperti creambath dibutuhkan, pakai kondisioner juga dibutuhkan pertahankan kelembaban rambut," tegasnya.