Rumah Banyak Tikus dan Rawan Banjir, Awas Terinfeksi Leptospirosis

Ilustrasi banjir di Jakarta
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA Lifestyle – Leptospirosis tengah melanda sejumlah wilayah di Indonesia lantaran rawan banjir dan genangan air. Kedua kondisi tersebut rentan memicu perkembangbiakan bakteri leptospirosis yang ditulari melalui salah satunya kencing tikus berupa bakteri yang masuk melalui luka di kulit.

Banjir Besar Terjadi di Filipina Utara, Ribuan Rumah Terendam

Ketika genangan usai hujan muncul atau bahkan banjir, berisiko jadi wadah tikus untuk kencing. Selain tikus, selaput lendir juga berisiko membawa bakteri leptospirosis pada saat kontak dengan banjir atau genangan air sungai hingga selokan dan lumpur. Scroll untuk info selengkapnya.

"Pasien leptospirosis mirip seperti DBD, yang meningkat di musim hujan. Dari November sampai Februari, kasusnya ada terus. Nanti April-Oktober turun kasusnya, bahkan mendekati nol karena tidak ada genangan air," ujar Pengurus IDI Cabang Semarang dan Ketua Divisi Penyakit Infeksi Dr dr Muchlis Achsan Udji Sofro SpPD KPTI MKM FINASIM, dalam acara virtual bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), baru-baru ini. 

Ancaman Water Hammer Hantui Para Pemotor yang Suka Terobos Banjir

Ilustrasi tikus.

Photo :
  • Pexels/Ralph

KSM Penyakit Dalam RSUP Dr Kariadi-Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro itu menjelaskan bahwa kondisi hujan tersebut memicu bakteri leptospirosis meluas dari kencing tikus. Apalagi, hal itu rawan terjadi di wilayah yang cenderung ditempati banyak tikus atau siput.

Banjir Setinggi 140 Cm Landa Pasar Minggu Usai Diguyur Hujan Deras Sore Ini

"Faktor lainnya, banyak tikus di rumah karena salah satu hewan yang memindahkan bakteri leptospirosis itu tikus, jadi lingkungan tempat tinggalnya ada tikus. Atau orang yang aktivitas di air seperti berenang, lomba triathlon jalan di sungai, kontak dengan tanah di daerah endemi seperti berkebun, bertani. Atau pekerjaan jadi risiko terpapar leptospirosis seperti pembersih selokan, tukang kebun, militer," kata dokter Muchlis.

Dokter Muchlis memaparkan bahwa kasus leptospirosis di Semarang sudah tercatat sebanyak 23 pasien. Kejadian leptospirosis ini pun terbukti lebih banyak mengintai mereka yang tinggal di daerah rawan banjir dan ramai tikus atau pun kontak dengan orang-orang di wilayah itu.

"Di Semarang ada 16 kasus leptospirosis, 12 wanita dan 4 pria pada Januari 2023. Pada Februari 2023 ada 7 kasus, 6 wanita dan 1 pria. Dari 2007 leptospirosis kecenderungan turun tapi case fatality meningkat. Ternyata sebagian kasusnya ada di daerah kantong-kantong banjir, yang tiap ada curah hujan tinggi pasti ada genangan air," tambahnya.

Meski kasus menurun, dokter Muchlis mengatakan bahwa risiko kematian lebih tinggi dari tahun ke tahun. Akan tetapi, belum ada penyebab pasti dari risiko leptospirosis yang cenderung memicu kematian lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.

"Dari data Dinkes Semarang, ada 6 kasus kematian akibat leptospirosis berat dirawat di rumah sakit," tuturnya.

Ilustrasi rumah musim hujan

Photo :
  • pixabay

Maka dari itu, mencegah penyebaran leptospirosis akan lebih mudah dan murah dibandingkan terpapar bakteri tersebut. Dimulai dengan menjaga kebersihan rumah hingga lingkungan sekitar, terlebih bila tempatnya rawan banjir.

"(Pencegahannya) kita harus meningkatkan kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan terutama bagi keluarga terdampak banjir," tandasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya