Heboh Cuitan Kiky Saputri Soal Dokter Indonesia dan Singapura, IDI: Dokter Indonesia Lebih Baik
- Instagram @kikysaputrii
VIVA Lifestyle – Komika Kiky Saputra mendapat sorotan para pengguna media sosial usai membuat cuitan terkait ibu mertuanya yang salah didiagnosis ketika berobat.
Kiky menuliskan bahwa awalnya mertuanya didiagnosis mengalami stroke telinga saat berobat di dokter Indonesia. Kiky kemudian mengungkap, saat ibu mertuanya dibawa berobat ke Singapura ternyata dokter setempat menyatakan ibu mertuanya hanya menderita flu.
“Mertua saya didiagnosis stroke kuping karena tiba-tiba pendengarannya terganggu. Disuntik dalamnya malah makin parah pendengarannya. Akhirnya ke RS Singapura dan diketawain sama dokternya mana ada stroke kuping," tulis Kiky.
Unggahan tersebut kemudian ramai ditanggapi netizen. Mereka akhirnya juga membandingkan pelayanan dokter di Indonesia dan di luar negeri.
Terkait dengan cuitan Kiky Saputri, Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr. Adib Khumairi,Sp.OT angkat bicara. Adib mengatakan bahwa tenaga kesehatan di Indonesia tidak kalah jika dibandingkan dengan tenaga kesehatan di luar negeri.
“Tidak kalah. Saya menjamin bahwa dokter Indonesia lebih baik, dan dokter Indonesia fokus untuk rakyat Indonesia karena pelayanan mereka sebagian besar untuk pelayanan BPJS,” kata Adib saat ditemui di kantor PB IDI Jakarta Pusat, Kamis 9 Maret 2023.
Lebih lanjut, Adib juga menambahkan kalau pemerintah kini sedang mendorong dalam masalah teknologi. Sementara terkait dengan pembiayaan pengobatan di luar negeri yang jauh lebuh murah, Adib mengungkap bahwa hal ini terkait dengan pajak.
“Jadi pajak yang kemudian saya kira perlu menjadi perhatian. Kalau kita lihat dari elemen-elemen pembiayaan maka itu menjadi salah satu hal yang perlu untuk kemudian apakah nanti perlu ada penyesuaian pajak terkait dengan masalah kesehatan. Memang kalau kita melihat dari sisi nominal pembiayaan antara kita di Indonesia dengan Malaysia, mereka lebih murah karena ada faktor itu,” jelas dia.
Sementara itu, terkait dengan pemeriksaan yang juga menjadi perhatian, Adib menjelaskan bahwa setiap pemeriksaan khususnya di Indonesia tersistem sehingga pihak tenaga kesehatan akan menyesuaikannya.
“Mana yang kemudian penyesuaian tidak semua harus diperiksa. Tapi sesuai apa yang kita temukan pada saat kita lakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Karena pemeriksaan penunjang itu nomor ketiga,” jelas Adib.
Adib menambahkan bahwa karena adanya pedoman praktek klinis (PPK) yang kemudian melakukan penyesuaian terkait pemeriksaan. “Karena kita tidak PPK nanti akan ada ketidakefisiensian pembiayaan. Artinya kita lihat juga dari sisi BPJS,” jelas dia.
Terkait pembiayaan di Indonesia, sudah adanya BPJS yang bisa membantu masyarakat tanah air dalam mengakses fasilitas kesehatan.
“Jadi yang perlu diperhatikan adalah kalau secara SDM dokter Indonesia mampu bahkan banyak sekali kasus kalau mau kita buka semuanya dengan BPJS, semuanya terlayani, tercover tanpa biaya. Jadi kalau mengatakan di sana lebih murah kita melihat beberapa kasus-kasus tertentu saja yang saya kira semua dokter Indonesia saat ini dengan pelayanan untuk BPJS kasus-kasus banyak yang tertangani dengan baik,” jelas dia.