Orangtua Harus Waspada, Jenis Polusi Ini Berbahaya untuk Anak-anak

Ilustrasi anak pakai masker.
Sumber :
  • Freepik/jcomp

VIVA Lifestyle – Polusi udara merupakan masalah besar di Indonesia sebagai negara berkembang. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO merevisi pedoman batas paparan tahunan PM2.5 pada 2021 menjadi 5 ?g/m3 dari sebelumnya 10 ?g/m3 (2005).

Harvey Moeis Kirim Pesan ke Anak dan Sandra Dewi: Papa Bukan Koruptor!

Data menunjukkan bahwa PM2.5 DKI Jakarta pada 2021 mencapai 39,2 ?g/m3 dan menjadikannya sebagai kota ke-12 yang terburuk di dunia (menurut IQAir), bahkan lebih buruk dari Beijing.

PM2.5 merupakan jenis polutan berbahaya yang ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat terlihat dan membuat partikel ini tidak bisa disaring oleh tubuh. PM2.5 yang terhirup masuk akan berlanjut ke paru-paru. Setelah itu, PM2.5 akan menuju ke Alveolus yang kemudian terbawa ke pembuluh darah.

Simulasi Pemberian Makan Bergizi Gratis Diuji Coba di 4 Sekolah Sulawesi Utara

Ilustrasi polusi di Kota Jakarta

Photo :
  • Ist

Bahaya PM2.5 membayangi semua orang dan tidak memandang usia ataupun jenis kelamin, terutama pada golongan yang rentan terkena penyakit seperti anak-anak.

Remaja 14 Tahun Bunuh Ayah dan Nenek di Jaksel, Ibu Berharap Kasus Anaknya Bisa Disetop

"Anak-anak itu masih berkembang organ tubuhnya, terutama otak, paru-paru, dan jantung. Anak-anak juga menghirup udara dua kali kebih banyak dibandingkan orang dewasa," jelas dr. Farhan Zubedi, saat ditemui di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu 1 Maret 2023.

Menurut dokter sekaligus pegiat konten kreator seputar kesehatan itu, anak-anak lebih rentan menghirup polutan PM2.5 karena mereka lebih dekat dengan permukaan tanah di mana jenis polutan tersebut bisa hinggap.

"Anak-anak itu lebih dekat dengan permukaan tanah. Polutan seperti PM2.5 walaupun ada di udara tetapi akhirnya bisa jatuh ke tanah. Jadi anak-anak kecil itu bukan hanya menghirup udara dari atas tetapi dari bawah juga," terang dr. Farhan.

Berdasarkan data yang diambil dari lebih dari 120 sensor udara Nafas yang tersebar di wilayah Jabodetabek, tingkat PM2.5 telah jauh melampaui ambang batas panduan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hingga 11 kali lipat. Riset dari Nafas juga menunjukkan bahwa hampir 100 persen polusi udara luar ruangan tersebut bisa masuk ke dalam ruangan.

Banyak penelitian membuktikan bahwa paparan PM2.5 yang tinggi turut menjadi penyebab berbagai penyakit jangka pendek, seperti ADHD, influenza, rhinitis, serangan jantung, aritmia, asthma, bronkiolitis, eksim, jerawat, hingga penuaan dini.

Ilustrasi anak pakai masker.

Photo :
  • Freepik/our-team

Selain itu, dampak yang ditimbulkan juga berisiko jangka panjang seperti menyebabkan alzheimer, parkinson, stroke, penurunan kognitif, pneumonia, kanker paru-paru, kelahiran prematur, hingga penyumbatan darah.

"Mungkin ada beberapa orang yang memiliki penyakit asthma dari kecil, itu bisa langsung terpicu karena polusi. Tapi bagi orang yang tidak memiliki pre-condition terhadap kesehatan, ini panjang prosesnya bisa 5-20 tahun. Ini juga lebih berbahaya bagi kelompok rentan yaitu orang yang punya riwayat penyakit, lansia, dan anak-anak," kata dr. Farhan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya