Bahaya Polusi Udara, Bisa Sebabkan ADHD hingga Obesitas pada Anak

Kondisi udara di Jakarta yang penuh polusi.
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA LifestylePolusi udara dalam ruangan tidak hanya mengancam kesahatan dan produktivitas seseorang, tetapi juga berpotensi memangkas usia harapan hidup. Sebanyak 98% polusi udara dari luar bisa masuk ke dalam ruangan, termasuk polutan PM2.5 yang berbahaya karena bisa terhirup dan berakhir di peredaran darah manusia.

IDI Kabupaten Jepara Berikan Informasi Pengobatan bagi Gangguan ADHD Pada Anak

Berdasarkan data yang diambil dari lebih dari 120 sensor udara Nafas yang tersebar di wilayah Jabodetabek, tingkat PM2.5 telah jauh melampaui ambang batas panduan dari World Health Organization (WHO) hingga 11 kali lipat.

Riset dari Nafas juga menunjukkan bahwa hampir 100 persen polusi udara luar ruangan tersebut bisa masuk ke dalam ruangan. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Bukan Dilarang, Ini Waktu Terbaik Konsumsi Gula agar Tak Gemuk dan Diabetes

“Polusi udara di Jakarta di tahun 2022 hampir delapan kali di atas pedoman World Health Organization, dan masih banyak yang belum menyadari bahwa polusi udara ini ada di dalam ruangan juga. Hanya dengan adanya data kualitas udara yang jelas, kita bisa mengatur lingkungan yang sehat, terutama untuk anak kita,” ujar Piotr Jakubowski, Co-Founder dan Chief Growth Officer Nafas Indonesia, dalam acara Peluncuran Clean Air Zone bersama Mighty Minds Peeschool, di Jakarta, Rabu 1 Maret 2023.

Warga pakai masker karena polusi udara meningkat. (Foto ilustrasi)

Photo :
  • VIVAnews/Fernando Randy
Bukan Susu! 1 dari 4 Balita di Jakarta dan Jawa Barat Konsumsi Kental Manis Setiap Hari, Ini Bahayanya

Sumber utama polusi udara terkait dengan bagaimana manusia menghasilkan energi seperti aktifitas di pabrik bahan-bahan kimia. Lalu, bagaimana manusia bergerak seperti polusi yang disebabkan oleh asap kendaraan.

Selain itu, polusi juga disebabkan daru bagaimana cara manusia mengelola limbah, memproduksi polusi, hingga aktivitas alam.

PM2.5 sangat berbahaya bagi tubuh manusia sebab ukurannya yang yang sangat kecil membuat partikel polusi ini tidak dapat disaring oleh tubuh. PM2.5 yang terhirup masuk akan berlanjut ke paru-paru. Setelah itu, PM2.5 akan menunu ke Alveolus yang kemudian terbawa ke pembuluh darah.

Bahaya PM2.5 membayangi semua orang dan tidak memandang usia ataupun jenis kelamin. Namun, ada 3 golongan masyarakat yang rentan terjangkit penyakit akibat paparan polusi udara tinggi, yaitu orang-orang dalam usia produktif, pecinta olah raga, dan anak-anak.

Masker Polusi Udara

Photo :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

Anak-anak merupakan salah satu kelompok masyarakat yang rentan terdampak polusi udara.

Menurut dr. Farhan Zubedi, terdapat bahaya laten dari partikel PM2.5 terhadap kesehatan anak-anak, salah satunya yang paling sering ditemui adalah peningkatan gejala asma, influenza, ADHD, dan juga obesitas pada anak. 

“Memiliki kualitas udara yang baik, terutama di mana anak menghabiskan banyak waktunya seperti kelas, perpustakaan, dan kamar tidur, wajib diperhatikan oleh para guru dan orang tua. Ini akan memengaruhi tumbuh kembang anak terutama kemampuan kognitifnya,” jelas dr. Farhan.

Banyak penelitian membuktikan bahwa paparan PM2.5 yang tinggi turut menjadi penyebab berbagai penyakit jangka pendek, seperti ADHD, influenza, rhinitis, serangan jantung, aritmia, asthma, bronkiolitis, eksim, jerawat, hingga penuaan dini.

Selain itu, dampak yang ditimbulkan juga berisiko jangka panjang seperti menyebabkan alzheimer, parkinson, stroke, penurunan kognitif, pneumonia, kanker paru-paru, kelahiran prematur, hingga penyumbatan darah.

Memahami pentingnya lingkungan belajar yang didukung dengan kualitas udara yang baik untuk tumbuh kembang anak, Mighty Minds Preschool telah menjadikan 11 ruang kelas dan satu perpustakaan sebagai Clean Air Zone. 

Setiap menit, ekosistem Clean Air Zone mengukur data kualitas udara di semua ruangan dan kemudian menampilkan data tersebut dalam dashboard.

Ekosistem tersebut terkoneksi dengan cloud database, sehingga memungkinkan Nafas untuk segera bertindak jika ditemukan adanya anomali data kualitas udara. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya