Ramai Wabah Leptospirosis di Musim Hujan, Waspadai Bisa Sebabkan Kematian
- IG @explore.bantul
VIVA Lifestyle – Kasus leptospirosis belakangan ini tengah menjadi sorotan masyarakat. Di tengah musim penghujan seperti saat ini, penyakit leptospirosis ini menjadi salah satu penyakit yang sering ditemukan.
Leptospirosis adalah penyakit yang ditularkan melalui kencing tikus berupa bakteri yang masuk melalui kulit yang lecet atau selaput lendir pada saat kontak dengan banjir atau genangan air sungai hingga selokan dan lumpur.
Rabu 1 Maret 2023, Kementerian Kesehatan mengungkap kasus leptospirosis banyak ditemukan di sejumlah daerah. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Berdasarkan data terbaru daerah dengan jumlah kasus leptospirosis tertinggi adalah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) sebanyak 111 kasus dan 18 meninggal.
Jawa Barat 9 kasus dan meninggal 2, Yogyakarta ada 86 kasus dan 12 kematian, serta Sulawesi Selatan ada 4 kasus, sedangkan DKI Jakarta masih belum ada laporan.
Melansir laman CDC, Leptospirosis adalah penyakit bakteri yang menyerang manusia dan hewan. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri dari genus Leptospira.
Pada manusia, leptospirosis dapat menyebabkan berbagai gejala, beberapa di antaranya mungkin disalah artikan sebagai penyakit lain. Namun, beberapa orang yang terinfeksi mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Beberapa gejala yang perlu diwaspadai antara lain demam tinggi, sakit kepala, menggigil, nyeri tulang, muntah, kekuningan pada mata dan kulit, mata memerah, nyeri otot, diare, dan ruam.
Waktu antara paparan seseorang terhadap sumber yang terkontaminasi dan menjadi sakit adalah 2 hari hingga 4 minggu. Penyakit biasanya dimulai secara tiba-tiba dengan demam dan gejala lainnya. Leptospirosis dapat terjadi dalam 2 fase:
Setelah fase pertama (dengan demam, menggigil, sakit kepala, nyeri otot, muntah, atau diare) pasien dapat sembuh untuk sementara waktu tetapi menjadi sakit lagi. Jika fase kedua terjadi, itu lebih parah, orang tersebut mungkin mengalami gagal ginjal atau hati atau meningitis.
Penyakit ini berlangsung dari beberapa hari hingga 3 minggu atau lebih. Tanpa perawatan, pemulihan mungkin memakan waktu beberapa bulan.
Tanpa pengobatan, Leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan ginjal, meningitis (radang selaput di sekitar otak dan sumsum tulang belakang), gagal hati, gangguan pernapasan, dan bahkan kematian.
Risiko tertular leptospirosis dapat sangat dikurangi dengan tidak berenang atau mengarungi air yang mungkin terkontaminasi urin hewan, atau menghilangkan kontak dengan hewan yang berpotensi terinfeksi.
Pakaian atau alas kaki pelindung harus dikenakan oleh mereka yang terpapar air atau tanah yang terkontaminasi karena pekerjaan atau kegiatan rekreasi mereka.