Demam Keong Mengintai di Sulawesi Tengah, Pakar Sebut Picu Kematian

Demam
Sumber :
  • vstory

VIVA LifestyleDemam keong atau Schitomiasis tercatat masih menjadi penyakit endemis yang ditemukan di Kabupaten Poso dan Sigi, Sulawesi Tengah. Kasus Demam Keong ini kian meningkat dari 0,22 persen di tahun 2022 lalu, menjadi 1,4 persen di Februari 2023 ini.

Dekat Dengan Prabowo, AKA Yakin Programnya Dengan Cagub Ahmad Ali Terealisasi

Dalam Peringatan Hari Penyakit Tropis Terabaikan (NTDs) Sedunia, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI, dr Maxi Rein Rondonuwu menjelaskan bahwa demam keong hanya ditemukan di Sulawesi Tengah.

Penyakit ini masih belum teratasi sehingga terjadi endemis. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Momen Haru Penyandang Disabilitas Diberi Kaki Palsu oleh Ahmad Ali

"Ada penyakit penyakit lain yang NTDs, schistosomiasis. Penyakit ini cuman ada di Provinsi Sulawesi tengah yaitu Poso dan di Kabupaten Sigi. Ini penyakit satu satunya yang masih di endemis di Asia Tenggara," ujar Dirjen Maxi dalam acara tersebut, dikutip Rabu 22 Februari 2023.

Ilustrasi sakit kepala/demam.

Photo :
  • Pexels/Andrea Piacquadio
Ahmad Ali Ingin Jadikan Keberagaman di Sulteng Sebagai Daya Tarik

Ada pun Epidemiolog sekaligus peneliti Keamanan Kesehatan Global dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengingatkan bahaya penyakit demam keong yang terlambat ditangani. Terdapat 3 stadium dari penyakit ini sebelum terjadi gejala lebih berat.

"Penyakit ini dapat menjadi serius bila tidak ditangani," kata Dicky.

Di stadium awal, demam keong mengakibatkan gejala yang terasa gatal karena serkaria menembus kulit. Kemudian di stadium dua, mulai terjadi demam, diare, berat badan menurun, hingga gejala disentri.

Terakhir, stadium lanjut menunjukkan gejala kerusakan hati dan perut membesar, bahkan menyebabkan kematian.

Ilustrasi sakit/demam.

Photo :
  • Pexels/Andrea Piacquadio

"Bila tidak diobati, dapat meninggal dunia. Selain itu, anak yang terinfeksi penyakit ini dapat mengalami kelainan pertumbuhan dan kelemahan kognitif," tandas Dicky.

Demam Keong

Schitomiasis atau yang dikenal dengan demam keong adalah penyakit menular menahun yang menyerang manusia. Penyakit ini hanya ditemukan di provinsi Sulawesi Tengah yaitu di dataran tinggi Lindu, Napu dan Bada yang khusus disebabkan oleh Schistosoma juponicum.

Cacing ini hidup di pembuluh darah terutama kapiler darah dan vena kecil dekat selaput usus. Infeksi didaerah endemis ini sering terjadi anak usia sekolah, petani dan penangkap ikan.

Pada anak yang terinfeksi penyakit ini dapat mengakibatkan kelainan pertumbuhan dan kelemahan kognitif.

Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah melalui penemuan kasus, pengobatan massal, penggunaan jamban sehat serta ketersediaan air bersih.

Ilustrasi anak demam.

Photo :
  • U-Report

Data tahun 2017 menunjukkan bahwa angka kejadian schistosomiasis pada manusia di tiga dataran tinggi, rata-rata berada pada kisaran 0.65 –0.97%.

Namun pada keong perantara masih cukup tinggi yaitu 1.22–10.53%, terlebih lagi angka kejadian schistosomiasis pada hewan ternak sangat tinggi dikisaran 5.56–40%.

Data-data ini menunjukkan bahwa yang jauh lebih banyak terinfeksi itu adalah hewan ternak dan keong perantara. Dengan kata lain, upaya eradikasi schistosomiasis harus focus pada upaya pengendalian agar hewan ternak dan keong perantara ini tidak terinfeksi, sehingga memutus rantai penularan schistosomiasis pada manusia.

Tingginya angka kejadian penyakit pada hewan ternak disebabkan pola penggembalaan bebas, yang kemudian terinfeksi serkaria melalui keong perantara yang tersebar di lahan-lahan yang tidak diurus akibat pola pertanian berpindah.

Ketika hewan ternak ini terinfeksi, hampir tidak pernah dilakukan pengobatan, karena obatnya, yaitu praziquantel untuk hewan, sampai saat ini belum tersedia di Indonesia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya