Kenali Penyebab Virus Marburg, Ternyata Menular Lewat Liur

Ilustrasi virus.
Sumber :
  • Freepik/kjpargeter

VIVA Showbiz – Virus Marburg saat ini tengah menjadi sorotan lantaran memiliki angka kematian hingga 88 persen bagi pasien yang terinfeksi dan belum ditemukan vaksin serta obatnya. Virus Marburg baru-baru ini terdeteksi di Afrika dan disinyalir akan meluas, meski belum pernah ada laporan kasusnya di Indonesia.

WHO Sebut Larangan Israel terhadap UNRWA di Palestina "Timbulkan Konsekuensi Menghancurkan"

Kepala seksi surveilans epidemiologi dan imunisasi di Dinkes DKI Jakarta, dr. Ngabila Salama, MKM, dalam keterangannya, menerangkan, kelelawar buah jenis Rousettus aegyptiacus diperkirakan merupakan inang reservoir alamiah dari virus Marburg. Investigasi pada wabah Marburg pertama menyatakan, African green monkeys (Cercopithecus aethiops) yang diimpor dari Uganda merupakan sumber penularan ke manusia. Scroll selanjutnya ya.

"Potensi penularan dari hewan kepada manusia dapat terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh seperti air liur, tinja dan urin, dari hewan yang terinfeksi virus Marburg," tulisnya, dikutip Rabu 22 Februari 2023.

Apa Itu Mom Shaming? Kenali Lebih Jauh Perilaku Merusak Ibu Ini!

Untuk mencegah penularannya, dianjurkan mengurangi kontak dengan kelelawar reservoir virus Marburg ini. Apabila seseorang harus mengunjungi area habitat kelelawar tersebut, maka dapat menggunakan sarung tangan dan alat pelindung lainnya seperti masker. Konsumsi daging secara matang, termasuk saat di daerah wabah virus Marburg. 

28 Petugas Kesehatan Terbunuh di Lebanon dalam 24 Jam, Menurut WHO

"Menghindari kontak dengan orang yang dicurigai atau terinfeksi termasuk cairan tubuhnya," tambahnya.

Fakta yang cukup mengejutkan bahwa pada beberapa kasus, virus Marburg dapat bertahan pada tubuh manusia setelah sembuh dari penyakit virus Marburg, terutama pada testis dan di dalam mata. Pada perempuan yang sedang dalam keadaan hamil, virus Marburg dapat bertahan di plasenta, cairan amniotik, dan fetus. 

Virus Marburg

Photo :
  • WHO

"Sedangkan pada perempuan yang sedang menyusui, virus Marburg dapat bertahan di air susu ibu (ASI)," tulisnya.

Sebelumnya diberitakan VIVA, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan virus marburg saat ini baru dilaporkan di Afrika dan belum meluas ke negara lain. Terlebih, kemungkinan penyebarannya belum terdeteksi lebih lanjut dan masih dipelajari oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).

"Di Indonesia belum ada dan kita juga masih tunggu WHO, WHO kalau ada virus di situ belum tentu semua nyebar," tuturnya.

Logo WHO.

Photo :
  • WHO

Meski belum ada obat dan vaksinnya, namun WHO sudah melakukan pertemuan untuk menemukan solusi dari virus marburg tersebut. Menkes Budi sendiri mengatakan bahwa perkembangan mengenai sifat virus marburg sudah didapatkan dari WHO sehingga cukup dipantau tanpa perlu panik.

"Jadi kita tidak usah terlalu panik juga, kita lihat ada level-levelnya apakah ini masuk variant of interest, jadi kita perhatikan. Apakah masuk variant of concern, masuk under monitoring, jadi kita tahu ikut WHO informasinya juga sudah kita dapat," terangnya.

Ada pun, pakar peringatkan bahaya penularan yang meluas di Afrika pada virus marburg dengan risiko tinggi mematikan ke manusia. Prediksi tersebut diungkap usai ditemukannya dua kasus baru digaan virus marburg di Kamerun, Afrika Tengah.

ilustrasi penyakit/bakteri/virus.

Photo :
  • Unsplash

Negara tetangganya, Guinea Khatulistiwa, pertama kali melaporkan wabah penyakit itu pada Senin 13 Februari 2023, yang telah merenggut nyawa sembilan orang. Kamerun telah membatasi pergerakan di sepanjang perbatasan untuk mencoba dan menghentikan penyakit, yang memiliki tingkat kematian 88 persen, agar tidak menyebar. Namun sayangnya, dua remaja di negara tersebut telah terjangkit penyakit tersebut.

"Pada 13 Februari, kami memiliki dua kasus yang dicurigai. Ini adalah dua anak berusia 16 tahun, laki-laki dan perempuan," Robert Mathurin Bidjang, seorang pejabat kesehatan masyarakat Kamerun.

Pejabat kesehatan di negara itu kini memantau 42 orang yang merupakan kontak dekat kedua remaja itu, dan menindaklanjuti kontak lainnya. Jenis virus mematikan, yang mirip dengan Ebola, menyebabkan mereka yang teringeksi, meninggal akibat kehabisan darah.

Ilustrasi orang sakit.

Photo :
  • vstory

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengadakan pertemuan mendesak mengenai kasus-kasus tersebut, memanggil para ahli dari seluruh dunia untuk membahas cara mengatasi penyakit tersebut. Guinea Khatulistiwa, yang belum pernah menangani wabah virus Marburg sebelumnya, telah mengkarantina lebih dari 200 orang dan membatasi pergerakan.

Banyak yang tertular penyakit ini mengalami pendarahan internal yang parah dalam waktu seminggu, dengan darah dari hidung, gusi, vagina dan muntahan serta tinja, dan meninggal tidak lama kemudian. Terlebih, Tidak ada pengobatan atau vaksin untuk Marburg.

"Virus ini ditularkan ke manusia dari kelelawar buah, dan dapat menyebar di antara manusia melalui kontak langsung dengan cairan tubuh, permukaan, dan bahan," kata pihak WHO.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya