Olahan Cacing Laut Nyale yang Kaya Gizi, Bisa Cegah Anak Stunting

Olahan nyale atau cacing laut, makanan tradisional Lombok.
Sumber :
  • VIVA/Adinda Permatasari

VIVA Lifestyle – Bau Nyale merupakan tradisi tahunan yang dilaksanakan warga Lombok setiap tahun. Bau nyale secara harafiah diartikan menangkap cacing laut yang muncul satu tahun sekali.

Duh, Konsumsi Protein Masyarakat Indonesia Jauh di Bawah Negara ASEAN

Biasanya, nyale atau cacing laut yang sudah ditangkap akan dijual di pasar atau dikonsumsi sendiri dengan keluarga. Meski terdengar tak biasa, namun nyale memiliki kandungan gizi yang sangat baik terutama untuk anak-anak dalam masa pertumbuhan. Bahkan, karena kandungan gizinya yang tinggi nyale bisa menjadi asupan yang baik untuk mecegah stunting.

Hal ini pun dibenarkan oleh dokter Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, Sp.GK. Dokter Nurul menjelaskan, nyale merupakan keanekaragaman hayati lokal Lombok yang memiliki kandungan protein tinggi.

15 Makanan Tinggi Protein yang Ampuh Membantu Penurunan Berat Badan

Olahan nyale atau cacing laut, makanan tradisional Lombok.

Photo :
  • VIVA/Adinda Permatasari

"Karena cacing laut dia munculnya yang sekali-sekali saja, sekali setahun, kemudian dia munculnya dalam kondisi tertentu di mana dia sangat dipengaruhi oleh musim. Berbeda dengan cacing sungai, cacing darat atau tanah," jelas dokter Nurul saat ditemui dalam aktivitas Aksi Gizi Generasi Maju yang digelar Danone Indonesia di Lombok beberapa waktu lalu.

Inovasi dan Adaptasi Teknologi Informasi Penting Bagi Program PKK

Dokter Nurul menambahkan, nyale (cacing laut) kaya protein hewani hingga sebanyak 43,84 persen, dibandingkan dengan telur ayam yang mengandung 12,2 persen dan susu sapi sekitar 3,5 persen.

Selain itu, nyale juga memiliki kadar zat besi yang cukup tinggi mencapai 857 ppm, sangat tinggi bila dibandingkan dengan hewan darat (80 ppm).

Meski begitu, dokter Nurul mengingatkan agar mengolah nyale dengan benar. Harus dibersihkan dengan saksama lalu dimasak hingga benar-benar matang.

"Harus sampai matang, soalnya kalau nggak bakteri-bakteri yang ada di dalamnya terkontaminasi jadi penyakit, jadi salmonela, kita jadi diare," ujarnya.

Mengenai cara memasak yang tepat agar kandungan gizinya tak terbuang, dokter Nurul mengatakan, makanan apapun prinsip memasaknya adalah tidak dalam suhu tinggi seperti digoreng.

Ilustrasi ibu dan anak/parenting/anak bermain.

Photo :
  • Freepik/gpointstudio

"Kalau cara itu memang yang bagus dipepes atau santan. Santan ada kandungan lemak yang penyerapannya bisa saling membantu sama lain. Kalau pepes karena dibungkus, kemudian dikukus dalam kondisi tertutup sehingga protein di dalamnya lebih padat," kata dia.

Selain pangan lokal yang kaya protein untuk  dapat memenuhi kebutuhan gizi anak, dokter Nurul juga menyarankan untuk dapat melengkapi dengan susu pertumbuhan yang difortifikasi dengan kombinasi zat besi & vitamin C agar si kecil  dapat tumbuh  optimal.

Depok raih penghargaan.

Bikin Bangga! Depok Boyong Dua Kategori Penghargaan Percepatan Penurunan Stunting

Imam juga menjelaskan bahwa penghargaan ini menjadi dorongan agar lebih banyak inovasi dalam penurunan stunting di Depok.

img_title
VIVA.co.id
26 November 2024