Indonesia Resesi Seks, Banyak Pasangan Tak Dapat Kepuasan di Ranjang?
- Freepik/nikitabuida
VIVA Lifestyle – Resesi seks menjadi fenomena yang banyak diperbincangkan sejak akhir 2022 lalu. Resesi seks merupakan fenomena keengganan pasangan untuk memiliki anak. Kondisi tersebut biasanya dipicu oleh biaya perawatan hingga pendidikan anak yang semakin mahal setiap tahunnya.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasno Wardoyo, memperkirakan Indonesia mengalami ‘resesi seks’ di tahun 2023 ini. Resesi seks tersebut disebabkan oleh beberapa daerah di Indonesia yang tidak mengalami kelahiran baru atau zero growth.
“Potensi itu (resesi seks Indonesia) ada. Ada, ya, tapi sangat panjang. Karena kan gini, usia pernikahan semakin lama kan semakin meningkat. Pernikahan, lho, bukan seks,” kata dia.
Menanggapi isu resesi seks tersebut, seorang Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, dr. Darrel Fernando, Sp.OG, menjelaskan bahwa fenomena resesi seks juga berkaitan erat dengan kepuasan pasangan dalam berhubungan seksual.
"Sebenarnya dibilang resesi seks ngga juga ya karena dari berbagai survei ada ketidakpuasan, tapi bukan resesi sebetulnya. Resesi itu kan artinya berkurang ya dalam berhubungan seksual, tapi ini lebih ke arah satisfaction (kepuasan) dan pleasure (kenikmatan) get," jelas dokter Darrel saat ditemui di kawasan Senopati, Jakarta, Kamis 16 Februari 2023.
Ada berbagai faktor yang menyebabkan risiko resesi seks bisa terjadi di Indonesia, seperti faktor ekonomi, fokus pada pekerjaan, hingga menurunnya keinginan untuk menikah.
Selain itu, ada juga faktor menemukan kesenangan selain seks. Seperti halnya masturbasi yang banyak dilakukan orang untuk memberikan kepuasan diri sendiri tanpa adanya partner seks. Bagi pasangan, dokter Darrel menyarankan untuk lebih meningkatkan komunikasi agar keintiman bisa terus terjaga.
"Jadi aktivitas seksual itu jangan dijadikan sesuatu yang tabu, tetap dikomunikasikan dari masing-masing pasangan. Kita ngga bilang itu resesi tapi itu adalah soal kepuasan yang harus dibangun dengan kenyamanan," kata dr Darrel.
Untuk membentuk sebuah keintiman antar pasangan, ada waktu-waktu ideal yang membuat kualitas berhubungan seks itu semakin meningkat. Akan tetapi, setiap orang memiliki waktu kesukaan yang berbeda-beda. Kembali lagi, komunikasi antar pasangan sangat penting dilakukan.
"Waktu ideal itu berbeda-beda setiap orang. Ada yang nyamannya ketika malam, tapi kadang ada juga yang malam merasa capek habis pulang kerja jadi sukanya pagi," katanya dokter Darrel.
"Itulah pentingnya kenapa harus memilih waktu yang cocok dan nyaman antara pasangan," tambahnya.
Sementara itu, dampak negatif dari adanya resesi seks adalah rendahnya angka kelahiran dan menyebabkan penyusutan populasi manusia. Kondisi tersebut juga akan meningkatkan populasi lansia dan berkurangnya usia produktif untuk memiliki keturunan.
"Biasanya saya punya pasien yang mau program hamil, saya suruh liburan dulu supaya bisa cari waktu yang nyaman dan mereka bisa komitmen," jelas dokter Darrel.