Indonesia Masih Hadapi 3 Beban Masalah Gizi, Apa Dampaknya?

Ilustrasi anak menangis.
Sumber :
  • Pixabay/Ben_Kerckx

VIVA LifestyleIndonesia saat ini masih mempunyai tiga beban masalah gizi (triple burden) yaitu stunting, wasting dan obesitas serta kekurangan zat gizi mikro seperti anemia. Mengutip data Riskesdas 2018, sebanyak 25,7 persen remaja usia 13-15 tahun dan 26,9 persen remaja usia 16-18 tahun, menunjukkan status gizi pendek dan sangat pendek.

Empowering Communities and Technology to End Stunting in Indonesia

Selain itu, terdapat 8,7 persen remaja usia 13-15 tahun dan 8,1 persen remaja usia 16-18 tahun dengan kondisi kurus dan sangat kurus. Sedangkan prevalensi berat badan lebih dan obesitas sebesar 16,0 persen pada remaja usia 13-15 tahun dan 13,5 persen pada remaja usia 16-18 tahun. Scroll untuk informasi selengkapnya.

Data tersebut merepresentasikan kondisi gizi pada remaja di Indonesia yang harus diperbaiki. Mengutip situs Kementerian Kesehatan, masalah gizi sendiri, baik itu gizi kurang maupun gizi lebih, akan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit, khususnya risiko terjadinya penyakit tidak menular. 

Wamendagri Ribka Sosialisasikan Program Makan Bergizi Gratis di Kabupaten Jayawijaya

ilustrasi remaja.

Photo :
  • pexels

Bila masalah ini berlanjut hingga dewasa dan menikah akan berisiko memengaruhi kesehatan janin yang dikandung. Sebagai contoh ibu anemia dan atau kurang energi kronik berisiko melahirkan bayi berat badan lahir rendah, stunting, komplikasi saat melahirkan, menderita penyakit tidak menular seperti diabetes dan penyakit jantung di kemudian hari.

Kunjungan ke Jayawijaya, Wamendagri Ribka Ingatkan Bahaya Stunting bagi Anak-Anak

Dir Gizi Masyarakat Dhian Probhoyekti mengatakan masalah gizi pada ibu hamil juga akan sangat memengaruhi perkembangan otak anak, produktivitas dan kinerja di sekolah yang dapat berakibat mengurangi kemampuan untuk mendapatkan penghidupan yang layak di kemudian hari.

''Gizi baik menjadi landasan setiap individu mencapai potensi maksimal yang dimiliki," kata dia di situs Kemkes, dikutip VIVA, Minggu 12 Februari 2023. 

Pada kesempatan berbeda, Grant Senjaya, Head of Public Relations Department PT Ajinomoto Indonesia, pun menyadari bahwa Indonesia masuk salah satu negara yang menghadapi masalah gizi Triple Burden Malnutrition

"Sebagai salah satu perusahaan makanan nomor satu di Indonesia, kami menyadari bahwa kami adalah bagian dari keluarga Indonesia. Karenanya, kami sebagai Health Provider merasa perlu untuk membantu masyarakat Indonesia dalam memperbaiki dan meningkatkan asupan makanan bergizi bagi masyarakat Indonesia," ujar Grant saat acara silaturahmi dengan media dalam rangka Hari Pers Nasional di Pabrik Ajinomoto, Mojokerto, belum lama ini. 

Grant mencontohkan, di bulan Desember 2022 lalu, pihaknya mengajak para ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di Surabaya untuk terlibat dalam acara GEMBIRA (Gerakan Masak Bergizi Bersama Ajinomoto Health Provider). Sebanyak lebih dari 400 orang ibu mendapatkan edukasi mengenai pentingnya gizi seimbang, dan bagaimana cara mengatur asupan gizi seimbang untuk keluarga. 

Ilustrasi garam, MSG dan gula.

Photo :
  • Pixabay/Stocksnap

"Hari ini kami sebagai Health Provider mengajak beberapa rekan media turun langsung ke masyarakat memberikan penyuluhan dan membagikan informasi mengenai kemanan MSG dan pentingnya diet garam kepada para ibu di desa Gayam, Mojokerto," kata dia. 

Grant lebih lanjut menjelaskan, perayaan Hari Pers Nasional tahun ini dibuat sedikit berbeda. Dia bersyukur, pembatasan PPKM sudah mulai membaik, sehingga dapat mengundang beberapa rekan media dari Jakarta dan Jawa Timur untuk datang langsung mengunjungi pabrik pertama mereka di Mojokerto. 

"Semoga di tahun-tahun selanjutnya hubungan baik, kerja sama dan kolaborasi dapat terus berlanjut, sehingga hubungan antara Ajinomoto dan media menjadi semakin solid," ungkapnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya