Penyebab Pasien Gangguan Ginjal Akut Meninggal Ternyata Bukan Etilen Glikol

Ilustrasi obat sirup/obat batuk.
Sumber :
  • Pexels/Cottonbro

VIVA Lifestyle – Laporan satu kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) yang berujung maut tengah ditelusuri berbagai pihak untuk mengetahui faktor penyebabnya. Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Prof Zullies Ikawati menuturkan bahwa ada faktor lain yang patut ditelusuri lantaran bukan dipicu oleh cemaran etilen glikol (EG).

Sempat Diprotes Gegara Review Produk Overclaim, Begini Cara Tasya Farasya Antisipasi Kesalahannya

Etilen glikol dan Dietilen glikol (EG-DEG) tengah dikaitkan sebagai zat cemaran yang melebihi ambang batas di sejumlah obat sirup yang menewaskan ratusan anak di Indonesia. Usai nihilnya kasus selama beberapa bulan, satu laporan kasus kembali muncul, dan mirisnya, berujung pada kematian. Scroll untuk info selengkpanya.

Korban meninggal dunia usia dilakukan terapi GGAPA setelah sebelumnya sempat mengonsumsi obat Praxion. Dalam penelusuran, Prof Zullies mengatakan bahwa kadar EG dan DEG ditemukan di dalam obat Praxion dengan kadar yang kecil. Bahkan, jumlahnya sangat sedikit sehingga sudah memenuhi standar farmakope.

PNM dan BPOM Ungkap Cara UMKM Pangan Naik Kelas

Ilustrasi anak sakit.

Photo :
  • freepik/lifeforstock

"Hasil investigasi kandungan EG dan DEG obat Praxion sudah keluar dan angkanya sangat kecil. Masih tetap memenuhi standar farmakope Indonesia," ujar Prof Zullies, dalam konferensi pers bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Rabu 8 Februari 2023.

BPOM Targetkan WHO Maturity Level 4 untuk Tingkatkan Kualitas Pengawasan Kesehatan Masyarakat

Terdapat tujuh sampel obat sisa yang dikonsumsi korban dan telah diuji oleh BPOM. Dari hasil investigasi tersebut, sampel sesuai standar dan tidak ada kejanggalan sehingga Prof Zullies menyimpulkan ada faktor penyebab lain yang memicu pasien meninggal dunia. Hal ini akan diinvestigasi lebih dalam oleh Kementerian Kesehatan.

"Jadi, ada faktor lain yang kemungkinan menyebabkan kematian, karena kadar EG dan DEG yang ditemukan sangat kecil," tandas Prof Zullies.

Di kesempatan yang sama, Direktur Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI), Apt Dra Togi Junice Hutadjulu, MHA menuturkan bahwa pihaknya segera menguji sampel obat sirup tersebut setelah mendapat kabar munculnya kembali korban Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA).

"BPOM melakukan langkah responsif, profesional dan berbasis sains data lengkap, investigasi, serta penelusuran pengujian sampel," ujar Togi, dalam konferensi pers, Rabu 8 Februari 2023.

Lebih lanjut, Togi mengatakan bahwa sebanyak tujuh sampel obat sirup dan bahan bakunya dilakukan pengujian di Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan Nasional. Togi menuturkan bahwa sampel telah ditelusuri pihak BPOM dan diuji pada 2-3 Februari 2023.

Ilustrasi sirup obat batuk anak.

Photo :
  • iStockphoto.

"Sampel pertama sisa obat pasien, dan sampel dari peredaran, dari tempat produksi dengan nomor bets yang sama, sampel dengan bahan baku sorditol dan sampel sirup lain dengan nomor bahan baku yang sama," tambah Togi.

Dari tujuh sampel tersebut, Togi menyatakan bahwa hasilnya memenuhi syarat farmakope atau standar obat nasional. Dalam ambang batas kadar zat di dalamnya pun, lanjut Togi, dinyatakan aman dengan syarat digunakan sesuai aturan pakai.

"Dapat disimpulkan bahwa obat Praxion aman," tutur Togi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya