Pakar: Tiap 8 Menit, 1 Orang Didiagnosa Mengidap Kanker Payudara
- Pixabay/pexels
VIVA Lifestyle – Lama tak terdengar, Nunung Srimulat memberi kabar kurang menyenangkan lantaran mengaku didiagnosa kanker payudara. Komedian 59 tahun itu mengaku perasaannya campur aduk, hingga membuatnya sempat marah.
"Saya sedih, tapi saya enggak boleh marah. Saya cuma, 'ya Allah, ujian apa lagi yang harus saya jalani?' Tapi saya percaya Allah memberikan yang terbaik buat saya," terang Nunung Srimulat pada Ruben Onsu di kanal YouTube-nya, dikutip VIVA. Yuk, scroll untuk informasi selengkapnya.
Bahkan, komedian bertubuh gempal itu harus memulangkan sanak keluarganya kembali ke Solo karena harus fokus melakukan pengobatan kanker payudara. Faktanya, kondisi kanker payudara yang dialami istri dari Iyan Sambiran itu sebenarnya mengintai satu wanita setiap delapan menit.
"Ada 1 pasien tiap 8 menit mengidap kanker payudara," ujar Dokter Konsultan Spesialis Onkologi dr. Rian Fabian Sp.Onk (K), dalam Hari Kanker Sedunia acara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kamis 2 Februari 2023.
Pernyataan itu merujuk dari data Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6 persen) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Sementara itu, untuk jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus.
"Dari 10 penderita kanker payudara di Indonesia, 3 orangnya meninggal, atau 25 persen meninggal. Artinya, ada masalah di kita (sistem kesehatan)," tambahnya.
Dokter Fabian menyoroti permasalahan yang kerap dialami pasien kanker payudara hingga terlambat diatasi. Faktor pertama yang juga disayangkan oleh dokter Fabian, adanya kekhawatiran dikucilkan oleh masyarakat. Selain itu, minimnya edukasi di masyarakat membuat pasien kanker payudara terlambat didiagnosa di stadium awal.
"Pasien takut ada benjolan di tubuh, khawatir dikucilkan. Kedua, tidak ada biaya. Meski BPJS cover pembiayaan medis tapi tidak ada biaya untuk transport. Makanya, penting SADARI untuk tahu risiko kanker payudara. Ketiga, pengaruh masyarakat di lingkungan karena kurang edukasi, lebih memilih berobat ke orang pintar," jelasnya.
Kanker payudara dapat dicegah dengan perilaku hidup sehat, rutin melakukan Sadari yang dilakukan oleh setiap perempuan dan Sadanis oleh tenaga kesehatan terlatih. Dokter Fabian membeberkan bahwa ada perbedaan makna dari skrining dan deteksi dini, di mana keduanya merujuk dalam mengenali kanker yang muncul atau stadium dari kanker tersebut.
"Skrining itu deteksi pada yang belum ada gejala seperti benjolan. Deteksi dini sudah ada benjolan, lalu faktor lain misal usia 50 tahun, riwayat kanker keluarga, tidak menyusui, hormonal KB lebih dari 10 tahun, atau berat badan berlebih. Ini juga risiko tinggi," tandasnya.
Ada pun, berdasarkan BPJS Kesehatan pada tahun 2020, kanker menjadi penyakit katastropik dengan pembiayaan terbesar kedua setelah penyakit jantung yaitu sebesar 3,5 triliun rupiah. Padahal jika penanganan kanker pada stadium dini akan memberikan peluang kesembuhan lebih dari 90 persen.
Oleh karena itu, kunci keberhasilan dari penanggulangan kanker payudara adalah dengan melakukan pencegahan faktor risiko kanker payudara melalui penerapan pola hidup sehat serta deteksi dini.