Awas Salah Asupan Makanan dan Malas Gerak Bikin Anak Bisa Kena Diabetes

Ilustrasi diabetes.
Sumber :
  • Pexels/Nataliya Vaitkevich

VIVA Lifestyle – Diabetes tidak hanya menghantui orang dewasa, namun juga mengintai anak-anak. Menurut data WHO tahun 2022, frekuensi diabetes meningkat di seluruh dunia, dan penelitian menunjukkan bahwa anak-anak berisiko lebih tinggi terkena penyakit ini. Seiring waktu, diabetes dapat merusak jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf, menyebabkan masalah kronis dan kematian dini.

Jaga Gula Darah Stabil dengan 12 Makanan Super Ini untuk Diabetes

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengatakan bahwa diabetes jadi salah satu penyakit tidak menular namun menjadi endemi. Piprim melanjutkan bahwa hal itu berarti terjadi peningkatan kasus yang pesat di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Sebab pada dasarnya, epidemi terjadi hanya pada penyakit menular lantaran virus mampu menyebar dengan cepat. Sementara di kasus diabetes, tanpa adanya penularan namun kasus meningkat pesat, bahkan pada usia muda.

Dianggap Berisiko! 6 Kondisi Kehamilan Ini Disarankan Periksa ke Konsultan Fetomaternal, Apa Itu?

Ilustrasi diabetes.

Photo :
  • Pexels/Nataliya Vaitkevich

"Diabetes tipe 2 yang menyerang orang dewasa yang sudah umurnya 40 ke atas, banyak yang menyerang remaja. Jadi, lebih cepat kejadiannya," kata Piprim dalam temu media virtual, Rabu 1 Februari 2023.

IDI Banjarnegara Memberi Edukasi Bahaya Penyakit Diabetes dan Pengobatan yang Tepat

Piprim menilai bahwa adanya epidemi pada kasus diabetes ini menjadi pertanda ada kesalahan di sistem hidup manusia, terutama di gaya hidup kekinian. Kasus diabetes sebelumnya terjadi akibat penuaan lantaran fungsi tubuh sudah tak berfungsi baik. Artinya pada remaja yang mengalami diabetes, terjadi penuaan lebih dini.

"Padahal ini kan terkait penyakit penuaan. Ini jadi penuaan dini. Disebut new lifestyle disease. Penyakit terkait gaya hidup baru," tuturnya.

Piprim menjelaskan bahwa diabetes pada dasarnya dimulai dengan resistensi insulin. Kadar insulin terus menerus dipicu oleh asupan yang masuk ke tubuh sehingga kadarnya tinggi dalam jangka panjang. Perlahan, pankreas yang menghasilkan insulin tersebut 'lelah' dan insulin pun mulai resisten.

"Ini terkait erat pola makan. Apabila dari awal mula makanan anak tinggi gula, tepung apalagi tinggi minyak, ini cikal bakal musibah kita. Pola makan sangat erat kaitannya. Karena kalau anak diberi makan tinggi Indeks glikemik. Gula naik drastis dan turun drastis, cepat laper, terus makan seperti itu lagi, sehingga insulin terus menerus tinggi dalam darah lalu pankreas kerjanya terlalu over," terangnya.

Ilustrasi suntik insulin/diabetes.

Photo :
  • Freepik/jcomp

Maka dari itu, Piprim mengingatkan agar para orangtua tetap mengatur pola makan anak dengan sumber yang bergizi, termasuk protein hewani serta sayuran hijau. Piprim juga mengimbau agar anak diajak rutin bergerak dan olahraga sehingga tidak menjalani gaya hidup sedenter yang berisiko obesitas.

"Anak-anak diberi makanan sehat dengan protein hewani dan sayuran hijau jadi mereka ngga kalap makan-makanan snack yang manis. Terkait gadget juga sering dipakai anak jadi tidur kurang, kurang gerak, memicu penuaan dini dan penyakit tidak menular lain," tandasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya