IDAI: Kasus Diabetes Anak Meningkat 70 Kali Lipat Sejak 2010
- Times of India
VIVA Lifestyle – Diabetes menjadi salah satu penyakit tidak menular yang menjadi endemi secara global, termasuk di Indonesia. Bahkan terkini, diabetes tidak hanya menyerang orang dewasa tapi juga pada mereka yang usianya masih muda dan remaja lantaran gaya hidup sedenter yang sebenarnya bisa dicegah.
Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr Muhammad Faizi, SpA(K), mengatakan bahwa dari data di 13 kota yang dikumpulkan oleh IDAI, diabetes paling banyak mengintai anak usia remaja dengan rentang 10-14 tahun. Sementara paling sedikit pada usia remaja akhir yakni 14 tahun ke atas.
"Dari data kita, 46 persen antara 10-14 tahun, Kedua, 5-9 tahun 31,5 persen. Baru lahir 0-4 tahun, 19 persen. Di atas 14 tahun itu 3 persen," ujarnya dalam acara media virtual, Rabu 1 Februari 2023.
Ada pun perbandingan anak laki-laki dan perempuan pun cukup mencolok. Pada perempuan lebih tinggi dengan 59,3 persen, dan pada laki-laki sebanyak 40,7 persen.
Meski begitu, angka-angka ini dinyatakan dokter Faizi, bisa menjadi lebih besar karena bukan data dari seluruh kota di Indonesia. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
"Indonesia luas sekali, jadi mungkin lebih banyak lagi. Saya nggak bisa memperkirakan berapa sebenarnya (angka) realnya. Ini peningkatan dari 2010 sampai 2023 artinya 70 kali lipat lebih,” ujar dokter Faizi.
Data dari 2010 hingga 2023 tercatat meningkat hingga 70 kali pada anak dengan diabetes berbagai tipe. Namun, angka tersebut hanya dari yang dilaporkan dan tercatat di fasilitas kesehatan di 13 kota di Indonesia sehingga dokter Faizi memprediksi angkanya jauh lebih besar dari yang tercatat.
"Ada fenomena menarik, semakin banyak melakukan seperti ini (talkshow) melalui media dan workshop, ternyata jumlah yang dilaporkan makin banyak. Asumsi kita, prediksi kita kalau kita makin sosialisasi akan makin meningkat (angkanya). Jumlah yang kita ketahui sebenarnya lebih sedikit dari kenyataan di lapangan," bebernya.
Data yang tercatat di IDAI tersebut ada sebanyak 1645 pasien dengan diabetes sebagai data akumulatif pada anak di bawah usia 18 tahun. Di 13 kota tersebut, ada dua kota yang menjadi pusat terbanyak pasien anak dengan diabetes.
"Paling tinggi Jakarta dan Surabaya. Center-center besar yang prevalensinya tinggi," katanya.
Dia melanjutkan bahwa jenis diabetes yang sering menimpa anak adalah tipe 1 dan 2. Pada diabetes tipe 1 terjadi karena salah satu faktornya autoimun, di mana belum ada pencegahannya untuk itu. Namun di negara tertentu, ada bagian untuk skrining sehingga dapat diatasi lebih dini.
"Untuk negara dengan prevalensi yang tinggi, itu ada skrining auto antibodi. Misal karena keluarga diabetas tipe 1, maka diperiksa pertanda auto antibodi," tuturnya.
Berbeda dengan diabetes tipe 2 yang sangat mampu dicegah, terutama dari gaya hidup.
Faizi tak menampik bahwa pandemi COVID-19 yang menerpa sejak 2 tahun terakhir memicu gaya hidup sedenter sehingga anak-anak pun berisiko pada obesitas yang berujung pada diabetes tipe dua.
"Kalau tipe 2, caranya mengurangi mengubah lifestyle yang malas-malasan sedentari life, kurangi. Jadi aktif secara fisik. Kurangi paparan gadget, ini yang akibatkan anak-anak inaktif terutama saat pandemi. Terutama saat pandemi anak-anak obesitas meningkat. Atur diet lebih seimbang, kurangi asupan karbohidrat, junk food," jelasnya.