Kemenkes: 4 Masalah Gizi Ini Berisiko Picu Anak Stunting

Penderita Stunting
Sumber :
  • vstory

VIVA Showbiz – Stunting tengah menjadi fokus pemerintah sebagai upaya memperbaiki kualitas generasi muda di masa depan. Sayangnya, penurunan prevalensi stunting berisiko sulit terjadi di tengah empat masalah gizi yang mengintai anak Indonesia.

Dampak Kebijakan Baru soal Rokok, 44 Persen Perusahaan MLG Terancam Gulung Tikar

Penurunan prevalensi stunting dipengaruhi oleh 4 masalah gizi, yakni weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk. Setelah 4 masalah gizi tersebut teratasi, penurunan prevalensi stunting akan terjadi. Scroll selanjutnya ya.

"Kalau mau menurunkan stunting maka harus menurunkan masalah gizi sebelumnya yaitu weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk. Kalau kasus keempat masalah gizi tersebut tidak turun, maka stunting akan susah turunnya," kata Dirjen Kesehatan Masyarakat dr. Maria Endang Sumiwi, MPH di Jakarta, dikutip Senin, 30 Januari 2023.

Prof Nila F Moeloek: Stunting Bukan Sekadar Masalah Kekurangan Gizi

Anak kekurangan gizi.

Photo :
  • U-Report

Dirjen Endang menegaskan, pencegahan stunting yang lebih tepat harus dimulai dari hulu yaitu sejak masa kehamilan sampai anak umur 2 tahun atau 1000 hari pertama kehidupan. Pada periode setelah lahir yang harus diutamakan adalah pemantauan pertumbuhan yang dilakukan setiap bulan secara rutin. 

Menkes Budi Heran Dilaporkan oleh Komite Solidaritas Profesi Dokter ke Bareskrim: Ini Aneh

Dengan demikian dapat diketahui sejak dini apabila anak mengalami gangguan pertumbuhan. Dikatakan Dirjen Endang, gangguan pertumbuhan dimulai dengan terjadinya weight faltering atau berat badan tidak naik sesuai standar.

“Anak-anak yang weight faltering apabila dibiarkan maka bisa menjadi underweight dan berlanjut menjadi wasting. Ketiga kondisi tersebut bila terjadi berkepanjangan maka akan menjadi stunting,” ungkapnya.

berat badan naik turun

Photo :
  • U-Report

Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022 menunjukkan bahwa terjadi penurunan angka stunting sebesar 2,8 persen dibandingkan dengan 2021. Angka stunting saat ini menjadi 21,6 persen dengan target mencapai 14 persen pada 2024. 

“Angka stunting tahun 2022 turun dari 24,4 persen [tahun 2021] menjadi 21,6 persen. Jadi turun sebesar 2,8 persen," ungkap Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), Syarifah Liza Munira pada kesempatan yang sama.

Liza melanjutkan, untuk dapat mencapai target 14 persen di tahun 2024 diperlukan penurunan secara rata rata 3,8 persen per tahun. Pelaksanaan SSGI dilaksanakan melibatkan berbagai stakeholder, mulai dari Setwapres, Bappenas, BPS, Kemendagri, Poltekkes Dinkes Provinsi dan Kabupaten Kota, serta para pakar dari berbagai universitas.

diet gampang gizi seimbang

Photo :
  • U-Report

Selain stunting, dalam SSGI juga mengukur tiga status gizi lainnya, yakni balita wasting (penurunan berat badan), underweight (berat badan kurang), dan overweight (berat badan berlebih). Meski angka stunting menurun, angka balita wasting dan underweight mengalami peningkatan. Yakni angka wasting naik 0.6 persen dari 7,1 persen pada 2021 menjadi 7,7 persen pada 2022

Sementara underweight naik 0,1 persen dari 17,0 pada 2021 dan 17,1 persen pada 2022. Underweight adalah kondisi saat berat badan anak berada di bawah rentang rata-rata atau normal. Kemudian pada kasus balita overweight terjadi penurunan 0,3 persen dari 3,8 persen tahun 2021 menjadi 3,5 persen pada 2022.

Terkait angka stunting, jika dilihat lagi berdasarkan kelompok umur, ada dua kelompok umur yang sangat signifikan dan penting untuk dilakukan intervensi. Pertama saat kondisi sebelum kelahiran sebesar 18,5 persen di tahun 2022. Kelompok kedua pada usia 6-11 bulan meningkat tajam 1,6 kali menjadi 22,4 persen di kelompok usia 12-23 bulan.

“Di titik pertama (sebelum kelahiran) penting untuk intervensi di masa kehamilan. Dan intervensi kedua saat bayi mendapatkan MP-ASI setelah masa ASI eksklusif” ujar Liza.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya