Waspada Efek Keracunan Ciki Ngebul, Dinkes Kota Tangerang Edarkan Imbauan
- Tangkapan layar Youtube
VIVA Lifestyle – Dinas Kesehatan Kota Tangerang mengeluarkan edaran berupa imbauan untuk meningkatkan kewaspadaan, serta pengawasan pada makanan yang dikonsumsi terutama jajanan. Pengawasan ini difokuskan pada jajanan Ciki Ngebul atau ciki yang diberikan cairan nitrogen.
Hal ini dilakukan setelah, Kementerian Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran (SE), adanya pelaporan kasus kedaruratan medis makanan berasap mengandung nitrogen cair atau disebut dengan chiki ngebul, atas kasus beberapa anak SD di Tasikmalaya yang keracunan pasca mengkonsumsi chiki tersebut, bukanlah Kejadian Luar Biasa (KLB). Scroll selanjutnya ya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, dr Dini Anggraeni mengatakan, dalam edaran Kemenkes, peningkatan kasus dalam penggunaan nitrogen cair yang bersifat lokal. Namun demikian, jika terjadi kejadian serupa di tempat lain, tetap perlu melaporkan dan memantau serta berkoordinasi penanganan di lapangan.
Menindaklanjuti hal itu, pemerintah setempat pun turut mengeluarkan edaran untuk meningkatkan kewaspadaan dalam memilih makanan dari cara pengolahannya dengan baik dan benar.
“Pada dasarnya chiki ngebul atau makanan apa pun, masyarakat Kota Tangerang harus lebih meningkatkan kewaspadaan dengan semua jajanan di luar. Jangan tergiur warna atau tampilan semata,” katanya, Sabtu, 8 Januari 2023.
Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan seluruh fasilitas kesehatan, baik rumah sakit maupun seluruh puskesmas yang ada di Kota Tangerang, untuk meningkatkan pengawasan, serta melakukan respon cepat, jika temui kasus serupa.
“Kami minta melakukan respons cepat jika ditemui kasus serupa,” ujarnya.
Ia turut menuturkan adanya dampak secara pasti bila mengkonsumsi nitrogen cair lewat chiki ngebul atau ice smoke. Dimana, bisa menyebabkan cold burn atau frostbite.
“Luka bakar dingin ini dapat terjadi melalui sejumlah faktor, seperti paparan dingin yang berkepanjangan. Adapun risiko bahaya nitrogen cair apabila bersentuhan dengan tubuh, yaitu bisa menyebabkan kerusakan termal yang parah pada kulit, mata, maupun organ. Namun, tingkat keparahan cedera tergantung pada durasi dan area kontak,” ungkapnya.