Survei Ungkap Hoaks COVID-19 Ini Paling Banyak Tersebar, Termasuk Penyakit Justin Bieber

Ilustrasi COVID-19/virus corona
Sumber :
  • Pixabay/Tumisu

VIVA Lifestyle – Tingkat serapan vaksin booster di Indonesia tercatat masih cukup rendah. Menurut Kementerian Kesehatan, cakupan nasional vaksin COVID-19 dosis ketiga di bulan Desember 2022 baru mencapai 29,11 persen dari yang ditargetkan.

Petinggi Gerindra Tepis Isu Keterlibatan Parcok di Pilkada 2024: Kami Kategorikan Hoaks

Capaian vaksinasi lansia sebagai kelompok rentan memiliki capaian yang rendah dimana hanya 1 dari 3 lansia yang sudah mendapatkan vaksin booster. Berbagai informasi dan berita yang tidak benar tentang vaksin yang beredar bebas di masyarakat berkontribusi pada ketidakpercayaan masyarakat terhadap vaksin yang berujung pada rendahnya angka vaksinasi booster. Scroll untuk simak artikel selengkapnya.

"Dalam pantauan kami, di tahun 2022 jumlah hoaks COVID-19 memang cenderung berkurang sebesar 65 persen dibandingkan tahun sebelumnya, namun hal ini tidak menjamin penurunan dampaknya," kata Program Officer komunikasi Vaksin COVID-19 dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO), Nuril Hidayah, dalam acara media di Jakarta, Kamis 5 Januari 2022.

Dana Bansos Rp2,4 Juta untuk Lansia Cair November 2024

Data MAFINDO mencatat hingga  Agustus 2022 ditemukan 153 hoaks yang mayoritas sebesar 36,7 persen mengangkat tentang sentimen vaksin. Sedangkan dua isu terbanyak lainnya adalah seputar kebijakan pemerintah dan teori konspirasi sebesar masing-masing 18 persen. 

"Dalam analisis kami, hoaks sangat berdampak pada kepercayaan publik terhadap vaksin. Hal ini terbukti dalam survei yang kami lakukan pada Juni 2021, kami menemukan bahwa kemampuan mengenali dan memilah hoaks mendorong 3 kali lipat kemungkinan seseorang untuk mau divaksin," tutur Nuril.

Bisa Hilangkan Ketombe? Ini 5 Manfaat Mencampur Garam dengan Sampo yang Wajib Dicoba

Virus corona

Photo :
  • Times of India

Nuril menambahkan bahwa isu soal kebijakan paling banyak beredar sebagai hoaks di tahun 2020 lantaran masih beradaptasi pada perubahan pandemi. Ditambah, terbatasnya aktivitas masyarakat membuat semakin merajalelanya isu hoaks tersebut. Sama halnya di tahun 2021 yang masih mencuatkan hoaks seputar kebijakan disertai sentimen vaksin.

"Tahun 2022 meski jumlah (sebaran) hoaks dikit tapi isu paling banyak diangkat adalah sentimen vaksin. Bahwa vaksin mengakibatkan aids, kemandulan, kematian, bahkan penyakit yang diidap Justin Bieber, Celine Dion dikait-kaitkan. Ada juga hoaks soal bahan vaksin, katanya ada sel kera, ada intisari janin, ada juga mengandung magnet dan chip. Itu hoaks-hoaks tentang sentimen vaksin yang masih beredar sekarang," kata dia.

Studi yang dilakukan Center of Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) terhadap kelompok rentan mengungkap beberapa hambatan yang menjadikan alasan kelompok rentan, termasuk lansia, tidak mendapatkan vaksin. Salah satunya adalah hambatan sosial dan perilaku.

"Hambatan ini termasuk ketidakpercayaan terhadap COVID-19, vaksin dan tenaga kesehatan secara umum yang disebabkan informasi yang kurang tepat," kata MPH Program Manager Primary Healthcare CISDI, dr. Agatha Tyas.

Menjawab tantangan tersebut, Kampanye Pilih Pulih hadir dengan tujuan meningkatkan kepercayaan publik khususnya lansia terhadap Vaksin COVID-19. Aktivitas dalam kampanye dengan slogan "Dua Sehat Booster Sempurna' ini antara lain adalah pelatihan peningkatan kapasitas kader kesehatan, mobil edukasi keliling serta produksi film pendek dan iklan layanan masyarakat.

"Kami bekerja bersama MAFINDO dan CISDI untuk melakukan pelatihan kepada 700 orang kader di area kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, lokasi pilot proyek ini. Selain materi tentang vaksin dan kesehatan lansia, kader juga dilatih memberikan penyuluhan tentang bagaimana cara mengecek fakta terkait COVID-19 dan vaksin baik secara langsung maupun melalui sosial media," tutur Manager Komunikasi Strategis Purpose, Michelle Winowatan.

Ilustrasi vaksin COVID-19 untuk lansia.

Photo :
  • Istimewa

Hasil rangkaian kegiatan pelatihan hingga penyuluhan oleh para kader di ruang publik maupun door to door di lapangan menghasilkan lebih dari 600 orang masyarakat mendapatkan informasi secara langsung, dan mengutarakan kepercayaan terhadap vaksin COVID-19. Selain itu, penyebaran informasi melalui media sosial oleh kader juga menjangkau lebih dari 13.000 orang masyarakat dalam waktu yang singkat. 

"Hal ini membuktikan bahwa pemberdayaan kader berperan sangat penting sebagai tawaran solusi yang berdampak dalam melakukan komunikasi dengan warga sasaran," ujar dokter Tyas.

Ada pun salah satu bentuk memerangi hoaks yang dilakukan dapat melalui media cerita pendek yang dekat dengan aktivitas masyarakat. Hal tersebut seperti produksi film pendek berjudul KATANYA! yang dibintangi oleh lyang Dharmawan dan Ceu Popon, dua tokoh komedian dari Jawa Barat, juga dilakukan di beberapa desa di wilayah Gunung Putri dengan melibatkan warga lokal.

Film ini berkisah tentang Ibu Iroh yang melakukan investigasi hoaks tentang vaksin booster di desanya guna meyakinkan sang suami Pak Yana untuk mau mendapatkan vaksin dosis ketiga.

"Kami mengambil ide cerita film dari insights yang kami temukan di masyarakat. Penggunaan bahasa Sunda yang kental dan alur cerita yang dekat dengan kehidupan sehari-hari kami harapkan dapat menarik perhatian penonton untuk menangkap pesan tentang pentingnya vaksin dan menangkal hoaks," ujar sutradara, Luhki Herwanayogi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya