Pakar Ungkap Gejala Khas Omicron BF.7, Pemicu Badai COVID-19 di China
- pexels/Edward Jenner
VIVA Lifestyle – Lonjakan kasus COVID-19 yang terjadi mendadak di China bak badai yang kembali datang usai minimnya kasus di Negeri Tirai Bambu itu. Salah satu varian yang mendominasi dan memicu lonjakan hingga keparahan gejala adalah BF.7. Apa saja fakta mengenai varian ini?
Sesuai data oleh Scripps Research Institute yang berbasis di California, bahkan sebelum lonjakan COVID-19 saat ini di China, varian dengan susunan genetik serupa, seperti telah terlihat BF.7 di negara lain pada Februari 2021. BF.7 adalah a cabang dari sub-varian BA.5 dari Omicron.
Dr Suhas HS, Konsultan-pulmonolog, Rumah Sakit Manipal Sarjapur, berbagi berbagai fakta tentang Omicron Subvariant BF.7. Berikut faktanya dikutip laman The Health Site.
Penularan Tinggi
Varian ini memiliki kemampuan menghilangkan diri dari sistem imun manusia sehingga lebih kebal, masa inkubasi yang lebih pendek, dan tingkat penularan yang lebih cepat daripada varian lainnya.
Tingkat transmisinya tiga kali lebih tinggi dari varian omikron standar. Satu orang yang telah terinfeksi diketahui menulari ke 18 orang lainnya.
Kebijakan Nol COVID di China
Lonjakan kasus di China terutama disebabkan oleh "kebijakan nol COVID" negara itu, yang telah berlaku sejak 2020 tetapi baru-baru ini dilonggarkan sebulan lalu. Mereka yakin hal ini mengakibatkan banyak orang yang sebelumnya tidak terpapar varian seperti Alpha dan Delta kini terinfeksi oleh subvarian Omicron lain.
Paparan infeksi yang baru membuat keparahan gejala bisa saja terjadi. Sebab meski penyakitnya mungkin hanya menimbulkan gejala minimal, pada kelompok orang dengan penyakit penyerta masih bisa mengakibatkan infeksi serius yang memerlukan rawat inap. Jumlahnya mungkin signifikan, membebani sistem perawatan kesehatan China yang sedang runtuh.
Gejala BF.7
Presentasi penyakitnya sangat mirip dengan varian lain dari kondisi mirip flu: demam, sakit tenggorokan, batuk, rinitis, sesak napas, nyeri tubuh, muntah, dan diare. Orang lanjut usia dengan komorbiditas yang tidak divaksinasi berisiko lebih tinggi terkena infeksi parah, yang mungkin memerlukan ICU dan ventilator. Identifikasi dini gejala dengan isolasi dan konsultasi yang tepat dengan dokter membantu mengatasi penyakit sejak dini.
Pencegahan Tepat
Protokol COVID masih berlaku untuk mencegahnya. Tindakan pencegahan untuk penyebaran termasuk penggunaan masker, sanitasi tangan, dan jarak sosial dengan menghindari pertemuan publik. Selain itu, dosis penguat atau vaksin booster, atau tindakan pencegahan, yang diberikan kepada orang-orang yang memenuhi syarat tersebut membantu mengekang penyebaran dan mencegah wabah lebih lanjut.