BPOM Tarik 6 Varian Starbucks Sachet di Banjarmasin, Kenapa?
- Tangkapan layar Youtube
VIVA Lifestyle – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menindak dengan tegas produk yang tidak memenuhi ketentuan pada perayaan Natal dan jelang Tahun Baru. Minuman kopi bubuk Starbucks menjadi salah satu produk yang ditindak oleh BPOM. Kenapa?
Hal itu diungkap dalam konferensi pers virtual BPOM, baru-baru ini. Kepala BPOM, Penny K. Lukito, bahwa pada pengawasan rutin khusus menjelang Natal Tahun 2022 dan Tahun Baru 2023 dilakukan perluasan cakupan sarana yang diperiksa sebesar 22,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hasil pengawasan memperlihatkan peningkatan signifikan temuan pengawasan produk pangan olahan, baik yang dilakukan melalui pengawasan langsung, maupun patroli siber.
Sampai dengan 21 Desember 2022, BPOM telah melakukan pemeriksaan pada total 2.412 sarana peredaran pangan olahan yang terdiri dari 1.929 sarana ritel, 437 gudang distributor, termasuk 16 gudang e-commerce dan 46 gudang importir. Pengawasan dilakukan oleh inspektur pangan yang kompeten terkait Cara Peredaran Pangan Olahan yang Baik.
“Hasil pemeriksaan sarana, ditemukan 769 sarana (31,88 persen) menjual produk Tidak Memenuhi Ketentuan (TMK) berupa produk pangan kedaluwarsa, pangan Tanpa Izin Edar (TIE), dan pangan rusak," kata Penny dalam keterangannya.
Starbucks sachet yang ditemukan termasuk dalam pangan TIE yang diimpor di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Ada pun, produknya terdiri dari enam varian yang disita BPOM. Keenam varian itu antara lain Cappuccino, Vanilla latte, Caffe latte, White Mocha, Toffe nut latte, dan Caramel latte.
"Produk Starbucks sachet yang disita berasal dari Turki, ditemukan di Banjarmasin. Tanpa izin edar," kata Penny.
Lebih dalam, Penny menjelaskan bahwa produk pangan TIE tersebut didominasi beredar sebagai produk impor dari negara tetangga Indonesia. Selain Malaysia dan Singapura, pangan TIE juga ditemukan BPOM dari China, Korea Selatan, Eropa, dan Amerika.
"Banyak sekali produk impor kedaluwarsa, yang mungkin untuk menghadapi masa hari raya ini malah justru banyak dibuang, dikirim ke Indonesia. Karena tahu mungkin orang-orang Indonesia suka produk impor ya," katanya.
Penny melanjutkan bahwa penemuan ini sangat disayangkan lantaran berasal dari distributor besar seperti Starbucks. Penny menuturkan bahwa akan ada komunikasi lebih lanjut antara distributor pangan dengan lokasi negara impor terkait keamanannya.
"Padahal produk impor ya. Setelah ini kelihatannya kita harus menginformasikan kepada perusahaan importirnya ya, Starbucks ya. Nanti dia mungkin mengontak mitranya yang ada di Turki dalam hal ini," ujar Penny.
Sebab, pangan TIE yang diimpor tersebut artinya masuk melalui perbatasan informal seperti jalur tikus, jasa titip (jastip), hingga tentengan (hand carry). Penny berharap agar masyarakat selalu jeli dan bijak dalam memilih pangan yang tepat dan aman dengan logo BPOM.
"Jadi hati-hati dengan produk impor karena banyak sekali yang kedaluwarsa. Karena untuk menghadapi hari raya, malah justru banyak dikirim ke Indonesia karena tahu mungkin orang Indonesia lebih senang produk impor. Jadi temuan BPOM memang lebih banyak yang produk impor," ungkap Penny.