Peneliti Ungkap Tradisi Natal Ini Ampuh Cegah Kanker, Apa Itu?
- Pixabay
VIVA Lifestyle – Para ilmuwan mengungkap bahwa salah satu tradisi Natal ternyata memiliki manfaat luar biasa bagi kesehatan. Dalam studi terbaru, peneliti menemukan bahwa tradisi mendekorasi pohon Natal, tak hanya memberi makna spiritual, tapi juga manfaat baik bagi kesehatan dengan mencegah kanker.
Pohon Natal kerap menjadi tradisi umat Kristiani yang wajib ada di perayaan tersebut. Pohon Natal sendiri tak lengkap rasanya tanpa tambahan dekorasi cantik dan meriah untuk menyambut hari penuh suka cita tersebut. Siapa sangka, jarum pohon Natal terbukti dapat membantu mencegah kanker. Scroll untuk informasi selengkapnya.
Jarum pohon Natal terbukti mengandung luteolin yang dapat menghentikan pertumbuhan tumor. Para ahli menemukannya dengan mengeringkan jarum dari pohon yang dibuang ke dalam oven dan menggilingnya untuk mengekstraksi luteolin.
Zat tersebut lalu ditambahkan ke sel kanker mulut dan nampak mampu memotong sel yang tumbuh dengan cepat lebih dari setengahnya. Kandungan tersebut juga bekerja dengan cepat, dengan jumlah sel kanker yang turun seperempat dalam 24 jam.
"Luteolin juga merupakan flavonoid yang ditemukan dalam pohon Natal," ungkap peneliti dikutip laman The Sun, Senin 26 Desember 2022.
Dari penelitian ini, para ahli pun mencoba untuk menambahkannya ke pasta gigi atau obat kumur untuk mengatasi tumor. Dr Bartosz Tylkowski, yang memimpin penelitian di Spanyol, mengatakan bahwa pohon yang terbuang usai perayaan sejatinya dapat bermanfaat baik.
“Setiap tahun, jutaan pohon dibuang ketika mereka bisa menjadi sumber luteolin yang berharga dan murah. Kami membuktikannya sangat menjanjikan untuk kesehatan mulut," terangnya.
Lebih dari 12.000 orang Inggris setiap tahun terkena kanker mulut dan tenggorokan. Oral Health Foundation memperingatkan bulan lalu bahwa tumor mulut mencapai rekor tertinggi dan telah meningkat sepertiga dalam satu dekade.
Sebelumnya diberitakan, Dokter spesialis gizi klinik, dr Cindiawaty Josito Pudjiadi, MARS, MS, SpGK., menuturkan bahwa daging merah memiliki nutrisi yang baik dan dibutuhkan tubuh. Untuk itu, boleh-boleh saja dikonsumsi dengan pengolahan yang tepat. Termasuk dengan menghindari proses memasak dengan cara dibakar karena berisiko memicu zat pencetus kanker.
"Kalau makan dari daging ya hati-hati di lemaknya atau dibakar karena meningkatkan risiko kanker. Bukan berarti nggak boleh sama sekali dimakan, ada faktor-faktor lainnya juga untuk berkontribusi meningkatkan kondisi tersebut," ujarnya dalam acara virtual.
Daging merah sendiri mengandung sejumlah protein yang baik bagi tubuh, namun juga memiliki kadar lemak yang cukup tinggi. Maka, memilih sumber protein lain yang memiliki sumber lemak lebih rendah, dapat menjadi alternatif lebih sehat seperti olahan yang dipepes atau sumber nutrisi dari ikan.
Untuk MSG pun, dokter Cindi menegaskan bahwa pemakaiannya diperbolehkan asal sesuai kebutuhan. Ia juga menepis anggapan bahwa MSG dapat memicu kanker, namun risiko kanker dapat lebih besar apabila MSG dikonsumsi berlebihan dalam jangka panjang.