Waspada Konsumsi Gula Berlebih, Si Manis Nikmat yang Bisa Bikin Gawat

Ilustrasi gula.
Sumber :
  • Pixabay/moritz320

VIVA Lifestyle – Libur Natal dan Tahun Baru identik dengan momen penuh kehangatan bersama keluarga. Momen ini juga sering kali dilengkapi dengan berbagai kudapan manis yang menggugah selera. Sayangnya, terkadang kita sulit untuk menahan diri dalam mengonsumsi makanan dan minuman manis tersebut. 

Wacana mulai pola hidup sehat di tahun baru tak jarang menjadi dorongan untuk terus makan sepuasnya hingga penghujung tahun tanpa memerhatikan kandungan gula tambahan yang terkandung. Lantas, bagaimana cara untuk mulai membatasi diri dalam mengonsumsi gula harian? Scroll selanjutnya ya.

Gula merupakan karbohidrat sederhana yang dapat diubah menjadi sumber energi bagi tubuh. Gula dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu gula alami/intrinsik dan gula tambahan. Gula alami dapat diperoleh dari makanan dan minuman yang secara alami sudah mengandung gula, misalnya
susu dan buah-buahan.

Gula pasir

Photo :
  • Times of India

Sementara gula tambahan biasanya didapatkan dari makanan dan minuman
yang dalam proses pengolahannya ditambahkan gula. Tidak sulit untuk menemukan makanan dan minuman dengan gula tambahan ini, mulai dari permen, kue, biskuit, susu dengan berbagai rasa, hingga makanan dan minuman kemasan.

Mengonsumsi makanan atau minuman manis dipercaya dapat membuat perasaan menjadi lebih baik. Saat mengonsumsi gula, otak akan melepaskan serotonin dan dopamin yang merupakan neurotransmitter yang berperan dalam brain reward system sehingga suasana hati menjadi bahagia dan mood menjadi lebih baik. 

Sayangnya, selain memberikan perasaan bahagia, gula juga berpotensi menyebabkan kecanduan. Ketika perasaan bahagia mereda atau hilang, otak cenderung menginginkan perasaan itu kembali.

Karenanya, ketika kadar glukosa mencapai tingkat yang rendah,ada keinginan untuk kembali mengonsumsi (craving) makanan atau minuman manis. Hal ini yang memberikan dampak kecanduan gula pada seseorang.

Mengenal Diet Autofagi yang Disarankan Dokter! Turunkan BB, Cegah Kanker Hingga Jaga Kesehatan Jantung

Risiko konsumsi gula berlebih

Gula yang dikonsumsi secara tidak terukur dapat membahayakan kesehatan. Selain memberikan efek kecanduan, konsumsi gula berlebih juga dapat menimbulkan sejumlah penyakit, antara lain:

Hari Kesehatan Nasional, Catatan PB IDI: Permasalahan di Indonesia Sangat Kompleks dan Beragam

- Karies gigi

Ilustrasi gigi

Photo :
  • Eat This
Lebih dari 50 Persen Orang Indonesia Alami Masalah Gigi dan Mulut, Terbanyak Karies pada Anak

Penyakit paling ringan yang mungkin terjadi akibat konsumsi gula berlebih adalah munculnya karies gigi. Bakteri di dalam mulut akan mengubah kandungan gula dari makanan atau minuman yang Anda konsumsi menjadi asam. Apabila Anda tidak rajin menyikat gigi, timbunan asam tersebut dapat menjadi sarang berkembangnya kuman dan berubah menjadi karies gigi yang menyebabkan gigi berlubang.

- Obesitas

obesitas, kegemukan

Photo :
  • pixabay/ jarmoluk

Asupan gula tambahan yang tinggi akan menyebabkan asupan energi menjadi berlebih sehingga meningkatkan risiko Anda mengalami penambahan berat badan hingga obesitas.

- Perlemakan hati

Perlemakan hati disebabkan oleh asupan gula tambahan jenis fruktosa yang berlebih. Ketika asupan fruktosa berlebih, maka hati akan mengubahnya menjadi lemak. Lemak tersebut akan membebani hati dan menyebabkan perlemakan hati.

- Diabetes melitus

Ilustrasi diabetes.

Photo :
  • Pexels/Nataliya Vaitkevich

Konsumsi gula tambahan juga dapat meningkatkan risiko resistensi insulin. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas untuk mengatur kadar gula darah. Resistensi insulin ini akan menyebabkan gangguan metabolisme karbohidrat yang akhirnya memicu timbulnya diabetes melitus. Diabetes dapat menyebabkan komplikasi lainnya seperti penyakit pembuluh darah di jantung dan perifer.

Batas konsumsi gula harian

Melihat risikonya yang berbahaya bagi kesehatan, konsumsi gula harian harus dibatasi jumlahnya. Jenis gula yang perlu diwaspadai konsumsinya adalah gula tambahan. Gula alami atau intrinsik masih relatif lebih baik dan lebih aman untuk dikonsumsi. Ketika Anda mengonsumsi gula dalam bentuk buah utuh, maka yang Anda konsumsi bukan hanya gula, tetapi juga serat, vitamin, dan antioksidan yang memberikan manfaat bagi tubuh.

Batasan konsumsi gula seseorang dalam sehari menurut rekomendasi Kementerian Kesehatan dalam Permenkes Nomor 30 Tahun 2013 adalah 10 persen dari total energi yang dibutuhkan atau 200 kilokalori per hari. Ini artinya konsumsi gula seseorang dalam sehari maksimal 50 gram per hari atau
setara 4 sendok makan.

Ilustrasi gula

Photo :
  • Pixabay/955169

Sementara batasan konsumsi gula untuk anak-anak adalah sekitar 25 gram per hari atau setara 2 sendok makan. Batasan ini adalah standar bagi orang dewasa atau anak-anak yang memiliki kadar gula darah yang normal. Batasan konsumsi gula tadi akan berbeda dengan penyandang diabetes.

Orang dewasa yang menyandang diabetes disarankan untuk membatasi konsumsi gula hingga 25 gram per hari atau setara 2 sendok makan. Penyandang diabetes juga sebaiknya berhati-hati dalam mengonsumsi buah-buahan yang mengandung lebih tinggi kadar gula seperti anggur, ceri, semangka, mangga, dan pisang.

Mengatur asupan gula

Di tengah semakin mudahnya mendapatkan berbagai varian makanan dan minuman olahan yang mengandung gula, mungkin cukup sulit bagi Anda untuk menghindari konsumsi gula tambahan setiap hari. Tetapi, Anda dapat mulai untuk mengontrol diri agar tidak terlalu sering mengonsumsi makanan dan minuman manis yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan untuk snacking.

Jika sudah menjadi kebiasaan, mengontrol diri dari asupan gula tambahan akan semakin mudah. Kebiasaan ini salah satunya dapat dimulai dengan meminta minuman tanpa gula (no sugar) atau sedikit gula (low sugar) ketika Anda memesan kopi susu, milk tea, atau minuman kekinian lainnya.

Ilustrasi es kopi susu.

Photo :
  • Freepik/valeria_aksakova

"Ada baiknya Anda juga mulai membiasakan diri untuk mengurangi penambahan kecap atau saus yang berlebihan pada makanan. Bagaimanapun kecap dan saus botolan juga mengandung gula tambahan," kata dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK

Mulailah untuk mencari alternatif makanan penutup yang rendah gula, seperti buah segar, yogurt, atau susu rendah lemak. Saat ini pilihan jenis makanan dan minuman semakin beragam. Untuk snacking, Anda dapat memilih makanan dan minuman yang kaya serat dan protein sehingga dapat lebih mengenyangkan dan tetap sehat bagi tubuh, beberapa di antaranya adalah:

- Snack bar
- Olahan chia seed atau biji chia
- Kacang-kacangan
- Susu rendah lemak
- Buah rendah gula seperti stroberi, rasberi, apel, jeruk, dan pir

Untuk mengontrol diri dari asupan gula tambahan, Anda juga dapat mulai memperhatikan label informasi gizi yang tertera pada menu atau kemasan. Meski belum semua makanan dan minuman non-kemasan memiliki informasi gizi tersebut, setidaknya Anda dapat memperkirakan kandungan gula tambahan yang terdapat dalam makanan dan minuman. Hal ini tentunya dapat membantu
Anda mengatur batas asupan gula harian.

Selain memperhatikan label informasi gizi, mengatur asupan gula juga perlu disertai dengan penerapan pola hidup sehat demi mengantisipasi dampak buruk yang mungkin terjadi. Pola hidup sehat yang dimaksud meliputi berolahraga teratur, konsumsi gizi seimbang, mengelola stres dengan baik, hingga istirahat yang cukup.

"Mulailah pola hidup sehat sesegera mungkin tanpa menunggu masuk tahun yang baru. Jangan ragu untuk mengkonsultasikan kondisi Anda dengan dokter spesialis gizi klinik jika Anda mengalami kesulitan untuk mengatur asupan gizi yang seimbang sesuai dengan keseharian Anda," kata Dokter Spesialis Gizi Klinik di RS Pondok Indah tersebut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya