Kemenkes: Ditemukan 20 Kasus COVID-19 BN.1 di Indonesia
- Pixabay/mattthewafflecat
VIVA Lifestyle – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengonfirmasi bahwa mutasi varian COVID-19 BN.1 sudah masuk ke Indonesia. Bahkan kini, angkanya telah mencapai 20 kasus yang tersebar di berbagai wilayah di Tanah Air.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa peningkatan kasus kerap dipengaruhi sejumlah faktor, salah satunya kemunculan varian baru. Setelah kemunculan varian XBB yang tengah mendominasi, kini dokter Nadia mengonfirmasi hadirnya subvarian BN.1. Scroll untuk informasi selengkapnya.
“Menteri Kesehatan selalu bilang, bahwa yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus adalah varian baru. Kita sudah melewati gelombang XBB dan BQ.1, tapi kami perhatikan, ada Subvarian baru BN.1," kata Nadia ditemui di Gedung Kemenkes RI Jakarta, dikutip Antara.
Ada pun laporan subvarian omicron BN.1 pertama kali dideteksi di Kepulauan Riau sejak 16 September 2022. Hingga kini, Dokter Nadia melaporkan jumlahnya sudah sebanyak 20 kasus dan tengah dimonitor oleh pihak Kemenkes.
"Kami menemukan satu varian yang berbeda dengan yang lain. Ini yang lagi kami monitor, apakah ini akan menjadi penyebab peningkatan kasus atau tidak di Indonesia," tambah dokter Nadia.
Lebih rinci, Nadia mengatakan bahwa 20 kasus BN.1 tersebut paling banyak dilaporkan dari DKI Jakarta yakni sebanyak 9 kasus. Sementara sisanya antara lain Jawa Tengah 5 kasus, Kepulauan Riau 3 kasus, Sumatera Utara, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan dengan masing-masing 1 kasus.
"Kami sedang monitor varian baru yang sekarang ini, termasuk BN.1, sebab di beberapa negara juga sudah dilaporkan, tapi dia belum mengalami tren peningkatan kasus," kata dia.
Ada pun varian BN.1 sendiri merupakan garis keturunan dari BA.2.75 yang masih keturunan langsung dari Omicron. Kasusnya sendiri pertama kali ditemukan di India pada Akhir Juli 2022 dan meluas ke 30 negara mulai dari Amerika Serikat, Inggris, Austria, hingga Australia.
Atas dasar itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat telah menambahkan varian itu ke daftar varian COVID-19. Tercatat hingga kini, varian BN.1 telah menyumbang hingga empat persen kasus infeksi di Amerika Serikat.
"Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat sedang memonitor varian ini, karena terdapat peningkatan kasus dengan varian BN.1 selama 1 bulan terakhir," katanya.