Hore! WHO Sebut 90 Persen Populasi Dunia Sudah Mampu Lawan COVID-19
- pexels/Edward Jenner
VIVA Lifestyle – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, 90 persen populasi dunia telah mengembangkan kekebalan untuk melawan COVID-19. Namun, mereka memperingatkan, kemungkinan munculnya varian baru yang merepotkan masih jauh dari kata selesai.Â
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, menurut perkiraan, 90 persen populasi dunia telah mengembangkan kekebalan terhadap SARS-CoV-2 karena infeksi atau vaksinasi sebelumnya. Scroll untuk info selengkapnya.
Dia mengatakan dengan nada peringatan bahwa karena kurangnya pemantauan, jalan terbuka untuk munculnya varian baru virus yang dapat menggantikan penyebaran Omicron di seluruh dunia. Tedros, lebih lanjut menambahkan, kesenjangan dalam surveilans, pengujian, sequencing, dan vaksinasi menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi munculnya varian baru yang merepotkan yang dapat menyebabkan kematian.Â
Dilansir The HealthSite, Selasa 6 November 202, baru-baru ini WHO telah mendeklarasikan satu tahun kemunculan Omicron selama pandemi COVID-19. Sejak pertama kali menyebar ke seluruh dunia, varian ini terbukti lebih menular dibanding pendahulunya, Delta.Â
"Sekarang ada lebih dari 500 sub garis keturunan Omicron yang sangat menular yang beredar - semuanya dapat dengan mudah menyelinap ke dalam kekebalan yang diperoleh sebelumnya, bahkan jika mereka tidak separah varian sebelumnya," ungkap Tedros.Â
Menurutnya, negara-negara telah melaporkan 6,6 juta kematian dari sekitar 640 juta kasus yang terdaftar. Tedros mengatakan, pekan lalu lebih dari 8.500 orang meninggal karena COVID-19. Sementara itu, China juga sedang bergulat dengan epidemi parah. Negara itu melaporkan, 33.073 infeksi COVID-19 pada 2 Desember 2022 lalu.
Namun, jumlah kasus menurun karena China melonggarkan pembatasan, termasuk persyaratan pengujian dan aturan karantina di beberapa kota serta diperkirakan akan mengumumkan pelonggaran protokol karantina COVID-19 dalam beberapa hari.Â
Meski Tedros mengatakan negara-negara telah melaporkan 6,6 juta kematian dari sekitar 640 juta kasus yang terdaftar, namun badan kesehatan PBB itu mengatakan, itu adalah jumlah yang sangat kecil dan tidak mencerminkan jumlah yang sebenarnya.Â