Tak Selalu Usia Lanjut, Kanker Ovarium Juga Intai Perempuan Muda
- U-Report
VIVA Lifestyle – Usia lanjut kerap menjadi banyak faktor risiko terhadap berbagai penyakit, tak terkecuali kanker ovarium. Meski begitu, jenis kanker ini rupanya tidak selalu mengintai perempuan di usia lanjut tetapi juga dapat dialami oleh generasi muda dengan faktor penyerta lainnya yang jarang disadari.
Dokter Spesialis Onkologi, dr. Oni Khonsa, Sp.OG, Subsp. Onk, mengatakan bahwa kanker ovarium menjadi penyebab kematian delapan tertinggi pada perempuan di dunia. Sayangnya, banyak yang salah kaprah bahwa kanker ovarium hanya diderita oleh perempuan usia lanjut yang sudah menopause. Scroll untuk simak artikel selengkapnya.
Ditegaskan dokter Oni, perempuan muda juga berpeluang besar apabila ada keluarga terdekat dengan riwayat kanker, baik itu kanker ovarium atau payudara. Meski risiko lebih besar pada perempuan lansia, namun dengan faktor riwayat keluarga itu, perempuan muda turut diintai kanker ovarium.
"Kalau enggak ada tanda bukan berarti enggak melakukan pemeriksaan, yang muda belum tentu aman. Ketiga ada kolega sedarah, kita harus waspada tapi bukan hanya kanker ovarium tapi juga kanker payudara, itu satu geng,” ujarnya dalam konferensi pers Astrazeneca, CISC, dan Kementerian Kesehatan dalam Kampanye 10 Jari, baru-baru ini.
Selain riwayat kanker, dokter Oni mengatakan bahwa ada 6 faktor risiko dan 4 gejala kanker ovarium yang patut diwaspadai. Faktor risiko itu antara lain ada riwayat keluarga dengan kanker ovarium atau payudara, mutasi genetik, riwayat kista endometrium, usia lanjut, gaya hidup buruk, serta angka persalinan rendah.
Sementara, empat gejala yang mengarah pada kanker ovarium mulai dari sering kembung, nafsu makan menurun, sering buang air kecil, serta nyeri panggul atau perut.
"Jika memiliki salah satu dari 6 faktor risiko dan salah satu dari 4 gejala kanker ovarium seperti yang diinformasikan dalam Kampanye 10 Jari, harus cepat konsultasi ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan menyeluruh," tuturnya.
Dokter Oni tak menampik bahwa minimnya informasi dan pengetahuan masyarakat mengenai kanker ovarium, sangatlah mengkhawatirkan. Ketidaktahuan terhadap faktor risiko dan deteksi dini menghalangi perempuan mendapatkan diagnosa dan penanganan yang tepat terhadap kanker ovarium.
"Padahal jika dideteksi lebih awal, kanker ovarium dapat ditangani. Faktanya 20 persen dari kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal, 94 persen nya akan dapat hidup lebih dari 5 tahun setelah didiagnosis," imbuhnya.
Dokter Ini menegaskan pentingnya deteksi dini terkait kampanye 10 jari tersebut agar tidak berdampak pada stadium lanjut hingga komplikasi berbahaya kanker ovarium. Sebab, deteksi dini pada kanker ovarium ini berbeda dengan kanker serviks yang bisa ditemukan melalui papsmear.
"Saat keadaan sudah pada stadium yang lanjut itulah, kanker akan sulit disembuhkan," kata dokter Oni.