Ini Alasan Para Perempuan Enggan Deteksi Dini Kanker Ovarium
- Pixabay/Saranya7
VIVA Lifestyle – Deteksi dini jadi salah satu indikator penting dalam mencegah munculnya kanker, atau pun menghambat dampak buruk dan penyebaran sel kanker. Meski pada umumnya kanker ovarium tidak disertai gejala pada stadium awal, namun deteksi dini tetap dibutuhkan dengan mengenali sejumlah faktor dan tandanya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan Dr. Eva Susanti, S.Kp.,M.Kes, mengatakan bahwa Indonesia terus mengalami beban terkait peningkatan kasus penyakit tidak menular (PTM). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan prevalensi PTM mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013.
"(Kenaikan kasus) antara lain pada kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus dan hipertensi. Kanker naik dari 1,4 persen (Riskesdas 2013) menjadi 1,8 persen (Riskesdas 2018)," ujar dokter Eva dalam konferensi pers Astrazeneca, CISC, dan Kementerian Kesehatan dalam Kampanye 10 Jari, baru-baru ini.
Menurut Dokter Spesialis Onkologi, dr. Oni Khonsa, Sp.OG, Subsp. Onk, kasus kanker ovarium menjadi penyebab kematian nomor delapan pada perempuan di dunia. Hal tersebut disebabkan lantaran minimnya edukasi sehingga para perempuan enggan mendeteksi dini yang memicu keterlambatan penanganannya.
"Kebanyakan datang terlambat, angka yang datang lebih awal itu jauh lebih dibanding dengan yang telat. Penting untuk tahu tentang 10 faktor risiko dan gejala," ujar dokter Oni, dalam kesempatan yang sama.
Dalam Kampanye 10 Jari yang digaungkan oleh Kementerian Kesehatan dan AstraZeneca, maka ada enam faktor risiko terhadap kanker ovarium sehingga seseorang cenderung lebih rentan mengalaminya. Faktor risiko itu antara lain ada riwayat keluarga dengan kanker ovarium atau payudara, mutasi genetik, riwayat kista endometrium, usia lanjut, gaya hidup buruk, serta angka persalinan rendah.
"Kalau kita sudah punya salah satu dari enam faktor risikonya, terus ditambah ada gejala perut kembung, mungkin diare, harus periksa meskipun tidak semua gejala itu pada akhirnya kanker ovarium,” kata dokter Oni.
Dokter Oni menjelaskan bahwa ada empat gejala yang mengarah pada kanker ovarium mulai dari sering kembung, nafsu makan menurun, sering buang air kecil, serta nyeri panggul atau perut. Tetapi, kanker ovarium sendiri kerap tak bergejala di stadium awal sehingga keenam faktor risiko itulah yang patut diwaspadai.
Dengan deteksi dini, maka kanker ovarium yang ditemukan di stadium awal akan membantu proses pengobatan lebih baik untuk keberhasilannya. Sayangnya, banyak perempuan yang enggan mendeteksi dini karena takut mengetahui kondisinya dan khawatir tak dapat diatasi.
“Di Indonesia itu, enggak mau periksa karena takut ketahuan. Padahal memang periksaan itu biar ketahuan. Kalau memeriksa sejak awal, dampak-dampaknya juga akan rendah," tandas dokter Oni.