Diprediksi Gelombang Baru dan Lonjakan Kasus COVID-19 Jelang Akhir Tahun

Ilustrasi COVID-19/virus corona
Sumber :
  • Pixabay/Tumisu

VIVA Lifestyle – Lonjakan kasus COVID-19 dan gelombang virus corona baru itu diperkirakan terjadi di tengah peningkatan perjalanan akhir tahun 2022 jelang tahun 2023. Hal itu diklaim karena akan ada lebih banyak orang mengambil bagian dalam perayaan Tahun Baru yang akan datang, menurut Menteri Kesehatan Ong Ye Kung.

Ekonomi RI Kuartal III-2024 Tumbuh 4,95 %, Airlangga Sebut Lebih Baik dari Singapura hingga Arab

"Dengan Natal yang akan datang, tahun baru yang akan datang, orang-orang keluar rumah, pasti akan ada lebih banyak infeksi, tetapi itu bukan sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya," katanya, dikutip dari Channel News Asia (CNA). Scroll untuk simak artikel selengkapnya.

Menkes Ong menambahkan bahwa pada tahun 2022, Singapura mengalami tiga gelombang COVID-19 yakni subvarian BA.2 Omicron pada bulan April, gelombang yang didorong oleh subvarian BA.4 dan BA.5 pada bulan Juli, dan gelombang baru-baru ini didorong oleh varian XBB.

Tisu Mice Berubah Jadi Nano, Intip Strategi Azkia Diva Hadapi Gempuran Banjirnya Produk China

"Jadi akan ada gelombang baru tapi itu bukan sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya," kata Ong di sela-sela acara Dewan Bantuan Pembangunan China (CDAC) yang diadakan di Nanyang Junior College.

Waspada varian baru

BI dan Otoritas Moneter Singapura Perpanjang Kerja Sama Keuangan hingga 2027, Intip Detailnya

Pandemi Covid-19.

Photo :
  • times of india

Menkes Ong mengatakan bahwa pemerintah akan memantau perkembangan di luar negeri. Menkes Ong mengatakan satu hal yang harus diperhatikan orang adalah potensi varian baru dari kekhawatiran yang mungkin muncul, saat musim dingin tiba di Belahan Bumi Utara. Menkes Ong bahkan mengobservasi situasi COVID-19 China. 

"Ketika China lebih terbuka - sepertinya mereka mengubah kebijakannya. Jika mereka melakukannya, pasti akan ada lebih banyak infeksi. Kita dapat melihat semakin banyak orang yang terinfeksi di China, dan ketika itu terjadi, (mengingat) kepadatan dan populasi China yang sangat besar, pasti akan ada varian baru yang menjadi perhatian," kata Menkes Ong.

Sedangkan untuk Singapura, Menkes Ong mengatakan arah negara itu telah sangat jelas selama setahun terakhir. Kapan pun memungkinkan bagi Singapura untuk membuka diri, negara itu akan melakukannya lebih jauh.

"Kita dibiarkan dengan sangat sedikit aturan dan cukup banyak kehidupan telah kembali normal. Tapi di mana kita bisa, kita harus mengambil langkah maju," tuturnya.

Pekan lalu, Mr Ong mengatakan di Parlemen bahwa angka kematian Singapura akibat infeksi ulang COVID-19 lebih rendah daripada mereka yang terinfeksi untuk pertama kali. Di Singapura, tingkat kematian kasus infeksi ulang dari September hingga November adalah empat per 100.000 kasus, lebih rendah dari tingkat kasus infeksi pertama kali sebesar 35 per 100.000 kasus, tambahnya.

Menkes Ong juga mengatakan bulan lalu bahwa rumah sakit tidak lagi menyisihkan seluruh bangsal untuk pasien COVID-19. Tercatat bahwa dengan tingkat vaksinasi yang tinggi dan tingkat kekebalan yang baik terhadap penyakit parah dalam populasi, pasien berdasarkan keparahan klinis dan prioritas pengobatan, dan tidak mengelola pasien COVID-19 dengan standar yang berbeda.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya