Makanan Dibakar Sebabkan Kanker Ternyata Mitos, Ini Biang Keroknya

Ilustrasi steak.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Lifestyle – Selama ini kita menganggap bahwa mengonsumsi makanan yang dibakar dapat meningkatkan risiko terkena kanker. Hal itu karena zat yang muncul ketika proses pembakaran dapat memicu senyawa karsinogenik, yang dapat menyebabkan kanker.

Mengapa Restoran Berperan Penting dalam Upaya Mengurangi Limbah Makanan?

Namun, anggapan tersebut kini terpatahkan. Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP, mengungkap, makanan yang dibakar dapat menyebabkan kanker hanyalah mitos. Di sini, yang jadi biang keroknya adalah daging merah. Scroll untuk info selengkapnya.

Prof Aru menjelaskan, daging merah jika dipanaskan dalam suhu tinggi dapat mengubah selnya menjadi heterocyclic amines (HCA). 

Doyan Makan Pedas, Ahn Hyo Seop Penasaran Jajanan Kaki Lima di Indonesia

"Jadi sel-sel dalam daging merah kalau dipanaskan terutama kalau di grilled, itu dapat mengubah menjadi sel-sel yang memicu sel kanker," ujarnya saat sesi Webinar Edukasi, yang digelar baru-baru ini. 

Ilustrasi daging merah.

Photo :
  • Pixabay/joon2079
Humas Polri Sebar Belasan Ribu Makanan ke 73 Tempat Ibadah se-Indonesia

Prof Aru pun mengungkap mitos yang mengatakan bahwa makanan yang dibakar dapat memicu kanker. 

"Ada satu mitos dalam masyarakat, jangan makan bakar-bakaran nanti bikin kanker. Itu sebetulnya salah. Bukan bakar-bakarannya yang bikin kanker, bukan gosongnya. Kalau sate ayam, kulit ayam, ikan bakar, mau gosong sampe ikannya jadi item pun gak akan bikin kanker. Karena itemnya hanya karbon. Tapi kalo daging merah, dia ada kemungkinan (menyebabkan kanker)," ungkapnya. 

"Kok kenapa generasi kita udah makan empal dari jama dulu? Masalahnya adalah di jumlah. Perubahan makanan ke arah Barat, kita makan hamburger aja itu 150 gram daging merah. Dulu, segitu udah buat satu keluarga. Empal, nasi, sayur asem. Sayur asemnya seratnya tinggi," sambungnya. 

Sementara sekarang, Prof Aru membandingkan, dalam satu sajian steak, jumlah atau porsi daging merahnya bahkan ada yang mencapai 500 gram. 

Ilustrasi sel kanker.

Photo :
  • Pixabay

"Jadi jumlah itu yang penting. Kita tidak perlu menyalahkan daging merah kalau makannya tidak terlalu banyak. Dalam tubuh kita ini, sedang terjadi perubahan yang dapat menjadi kanker," jelasnya.

"Kenapa kita gak kena kanker? Karena kita punya sistem keseimbangan, sistem montir, surveilans, reparasi. Kemampuan badan kita untuk me-repair kerusakan itulah yang seringkali terganggu akibat gaya hidup yang jelek itu. Jadi masalah balance. Kalo mau makan daging sekali-sekali, kita mesti olahraga yang baik," imbuh Prof Aru. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya