Ilmuwan Temukan Virus Mirip COVID-19 di Kelelawar, Bisa Tular Manusia!
- Pixabay
VIVA Lifestyle – Para ilmuwan menemukan virus mirip COVID-19 yang bersembunyi di kelelawar di China selatan adalah satu dari lima virus yang berpotensi menular ke manusia. Virus, yang dikenal sebagai BtSY2, terkait erat dengan SARS-CoV-2 dan berisiko untuk muncul.
"Itu adalah salah satu dari lima 'virus yang memprihatinkan' yang ditemukan pada kelelawar di seluruh provinsi Yunnan China yang 'kemungkinan menjadi patogen bagi manusia atau ternak'," kata para ilmuwan, dikutip dari Daily Mail. Scroll untuk simak artikel selengkapnya.
Tim peneliti memperingatkan potensi penyakit 'zoonotik' baru itu yang disebabkan oleh kelelawar. Ada pun penelitian ini dipimpin oleh para peneliti di Universitas Sun Yat-sen di Shenzhen, Institut Pengendalian Penyakit Endemik Yunnan dan Universitas Sydney.
"Kami mengidentifikasi lima spesies virus yang mungkin menjadi patogen bagi manusia atau ternak, termasuk virus corona rekombinan mirip SARS yang terkait erat dengan SARS-CoV-2 dan 50 SARS-CoV," kata tim dalam makalah tersebut.
Studi tersebut menyoroti kejadian umum penularan antar spesies dan koinfeksi virus kelelawar, serta implikasinya terhadap kemunculan virus. Untuk penelitian ini, para peneliti mengumpulkan sampel rektum dari 149 kelelawar individu yang mewakili 15 spesies, di enam kabupaten atau kota di provinsi Yunnan, China.
RNA atau asam nukleat yang ada dalam sel hidup, diekstraksi dan diurutkan secara individual untuk setiap kelelawar. Yang memprihatinkan, para peneliti mencatat frekuensi tinggi dari beberapa virus yang menginfeksi satu kelelawar pada satu waktu.
Hal ini dapat menyebabkan virus yang ada menukar sedikit kode genetik mereka yakni sebuah proses yang dikenal sebagai rekombinasi, untuk membentuk patogen baru, menurut Profesor Jonathan Ball, ahli virologi di Universitas Nottingham.
"Pesan utama yang dibawa pulang adalah bahwa kelelawar individu dapat menampung banyak spesies virus yang berbeda, kadang-kadang menjadi tuan rumah bagi mereka pada saat yang sama," kata Profesor Ball, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, kepada Telegraph, dikutip Daily Mail.
Koinfeksi seperti itu, terutama dengan virus terkait seperti virus corona, memberikan kesempatan virus untuk menukar bagian penting dari informasi genetik, yang secara alami memunculkan varian baru. BtSY2 juga memiliki domain pengikat reseptor, bagian penting dari protein lonjakan yang digunakan untuk menempel ke sel sel manusia, yang mirip dengan SARS-CoV-2, menunjukkan bahwa virus dapat menginfeksi manusia.
"BtSY2 mungkin dapat memanfaatkan reseptor ACE2 manusia untuk entri sel," tambah tim peneliti.
ACE2 adalah reseptor di permukaan sel manusia yang berikatan dengan SARS-CoV-2 dan memungkinkannya masuk dan menginfeksi. Provinsi Yunnan di Cina barat daya telah diidentifikasi sebagai hotspot spesies kelelawar dan virus yang dibawa oleh kelelawar. Sejumlah virus patogen telah terdeteksi di sana, termasuk kerabat dekat SARS-CoV-2, seperti virus kelelawar RaTG1313 dan RpYN0614.
Tim tidak berspekulasi mengenai asal muasal SARS-CoV-2 yang terkait dengan virus SARS-CoV-1 penyebab wabah SARS 2002-2004. Bukti sudah menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 berasal dari kelelawar tapal kuda, meskipun kemungkinan besar virus tersebut ditularkan ke manusia melalui trenggiling, mamalia bersisik yang sering disalahartikan sebagai reptil.
Yunnan, wilayah yang diidentifikasi oleh studi baru, juga merupakan rumah bagi trenggiling, yang dikonsumsi sebagai makanan di China dan juga digunakan dalam pengobatan tradisional. Menurut sebuah studi tahun 2021 di jurnal Science of the Total Environment, kemungkinan virus itu berpindah dari kelelawar ke trenggiling Sunda dan civits palem bertopeng di Yunnan. Mereka kemudian ditangkap dan diangkut ke pasar satwa liar di Wuhan, lebih dari 1.200 mil jauhnya, tempat awal wabah COVID-19 terjadi.