Target Booster Belum Tercapai, Terkuak Alasan Masyarakat RI Enggan Vaksin COVID-19

Ilustrasi vaksin COVID-19
Sumber :
  • Times of India

VIVA Lifestyle –  Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa situasi COVID-19 sudah semakin membaik dengan tren penurunan angka kasusnya. Akan tetapi, tren tersebut bisa berubah apabila muncul varian-varian baru COVID-19 yang lebih ganas disertai penurunan imunitas akibat enggannya divaksinasi.

Jangan Jadi Korban! Lindungi Rekening Anda dari Modus Penipuan QRIS Palsu

Dokter Nadia menambahkan bahwa hal ini seiring dengan menjelangnya momen Tahun Baru dan Natal (Nataru) yang patut meningkatkan kewaspadaan masyarakat. Nadia memprediksi bahwa kasus COVID-19 masih landai sehingga peraturan PPKM masih di level 1 jelang Nataru ini. Scroll untuk simak artikel selengkapnya,

"Tren 1-2 minggu ke depan tidak setinggi sebelumnya. PPKM tetap level 1 sehingga tidak ada perubahan kemungkinan untuk nataru kecuali ada subvarian baru," kata Nadia dalam temu media Sanofi dan Perkeni, di Jakarta.

2 Pria Ditangkap Buntut Sebar Hoaks Soal Warga vs Truk di Tangerang

Kendati begitu, munculnya subvarian baru yang lebih ganas dapat membuat level PPKM meningkat nantinya. Selain itu, vaksinasi booster yang cakupannya belum mencapai target pun menjadi kendala. Salah satu alasan masyarakat enggan divaksinasi adalah merasa gejala COVID-19 sudah ringan dan kondisinya tak separah awal pandemi.

Ilustrasi COVID-19/virus corona

Photo :
  • Pixabay/Tumisu
KPU Gandeng Sejumlah Pihak untuk Cegah Hoaks dan Polarisasi di Pilkada 2024

"Saat ini kan kalau terkena COVID-19 mungkin dengan vaksinasi yang lengkap, sampai dengan dosis ke-2 kecenderungannya bersifat lebih ringan gejalanya," jelasnya.

Selain itu, alasan lain yang membuat masyarakat tak mau divaksinasi adalah ketakutan dari informasi yang tak benar atau hoax. Kondisi masyarakat yang minim edukasi dinilai mudah 'kemakan' hoax sehingga cakupan vaksinasi booster baru 50 persen di DKI Jakarta.

"Sebagian masyarakat kami akui masih takut untuk divaksin, kemudian merasa adanya efek samping, ada juga yang masih termakan informasi yang masih salah," jelasnya.

Ada pun alasan lain karena merasa kondisi COVID-19 sudah tak membahayakan sehingga merasa cukup dengan dua dosis vaksin. Padahal, mobilitas yang tinggi dan banyaknya kerumunan di berbagai acara rentan membuat penularan COVID-19 terjadi.

"Tentunya karena merasa tidak sebesar pada saat di awal pandemi sehingga dorongan untuk mendapatkan vaksinasi itu menjadi kurang," jelasnya.

Sebelumnya diberitakan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menuturkan bahwa pandemi COVID-19 belum berakhir. Termasuk dengan kemunculan variam baru XXB yang menyebabkan lonjakan kasus COVID-19 di Singapura, kini sudah terdeteksi di Indonesia.

Menurut Menkes Budi, varian XXB ini yang diduga terkait lonjakan kasus hingga ribuan pasien konfirmasi COVID-19 dalam sehari. Varian XXB pun sudah terdeteksi meski belum dijelaskan lebih rinci mengenai jumlah kasusnya di Indonesia.

“Singapura sekarang kasusnya naik lagi ke 6.000 per hari, karena ada kasus varian baru yaitu XBB. Varian ini juga sudah masuk di Indonesia dan sedang kita amati terus,” ujar Menkes Budi dalam acara daring di kanal Youtube FMB9, Jumat, 21 Oktober 2022.
 

Exclusive roundtable 'Peringatan Hari Pneumonia Sedunia 2024'

Angka Pneumonia Anak Masih Tinggi, Inilah Jadwal Imunisasi Terbaru dari IDAI untuk Vaksin PCV

ASI diketahui punya manfaat untuk kesehatan anak termasuk meningkatkan daya tahan tubuh mereka sehingga mereka tak mudah terpapar penyakit termasuk infeksi bakteri.

img_title
VIVA.co.id
17 November 2024