Pengobatan Kanker Usus Besar Panjang dan Rumit, Cegah dengan Cara Ini

Ilustrasi sakit perut.
Sumber :
  • Pixabay/pexels

VIVA Lifestyle – Semua jenis penyakit kanker tentu perlu diwaspadai, termasuk kanker kolorektal atau kanker usus besar. Terlebih angka kejadian jenis kanker satu ini terus meningkat, dengan lebih dari 34 ribu kejadian baru sepanjang tahun 2020. 

Labu Siam dapat Mencegah Penyakit Kanker? Ini Dia Makanan Sehat yang Bisa Jadi Pertahanan Tubuh!

Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP, menjelaskan bahwa kanker kolorektal biasanya dimulai sebagai pertumbuhan seperti kancing di permukaan lapisan usus atau dubur yang disebut polip. Yuk, scroll untuk informasi selengkapnya.

"Saat kanker tumbuh, ia mulai menyerang dinding usus atau rektum. Kelenjar getah bening di dekatnya juga dapat diserang," ujar Prof. Aru saat webinar edukasi yang digelar YKI dan Merck Indonesia, Rabu 30 November 2022. 
 
"Karena darah dari dinding usus dan sebagian besar rektum dibawa ke hati, kanker kolorektal dapat menyebar ke hati setelah menyebar ke kelenjar getah bening di dekatnya," sambungnya. 

Penderita Kanker Rektum Takut Kehilangan Fungsi Anus dan Tak Bisa BAB, Ini Penyebab dan Gejalanya

Ilustrasi usus.

Photo :
  • Pixabay

Ada beberapa opsi pengobatan kanker kolorektal yang diungkap Prof. Aru, di antaranya Operasi, Kemoterapi, Terapi Radiasi, Terapi Target, dan Imunoterapi kanker kolorektal, yang disesuaikan dengan kondisi dan lokasi kanker tersebut.

Pasien Kanker Alami Nyeri Luar Biasa, Ternyata Ini Penyebabnya

Lebih lanjut Prof Aru mengatakan, seiring dengan kemajuan penanganan kanker kolorektal di Indonesia, khususnya dengan tersedianya terapi target dan pemeriksaan status penanda tumor RAS, diharapkan angka kematian karena kanker kolorektal dapat terus berkurang. 

"Dengan pilihan metode pengobatan personalized treatment, membantu menegakkan diagnosis yang lebih akurat, memungkinkan pemberian obat yang tepat sehingga akan meminimalisir efek samping dan meningkatkan keberhasilan pengobatan dan kesembuhan," ungkapnya. 

Perawatan Paliatif
Jika kanker kolorektal telah memasuki stadium IV dan berkembang ke banyak organ dan jaringan yang jauh, Prof. Aru mengungkap, pembedahan mungkin tidak membantu memperpanjang umur seseorang. 

Pilihan pengobatan lain juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan dapat menghasilkan gejala tambahan yang membuat kualitas hidup penderitanya menjadi lebih buruk. Maka dari itu, perawatan paliatif bisa menjadi pilihan. 

Ilustrasi sel kanker.

Photo :
  • Freepik

"Dalam kasus ini, orang mungkin memutuskan untuk tidak melakukan perawatan medis yang berupaya menyembuhkan kanker dan sebagai gantinya memilih perawatan paliatif untuk mencoba membuat hidup lebih nyaman," tuturnya. 

"Perawatan paliatif biasanya akan melibatkan menemukan cara untuk mengelola rasa sakit dan mengurangi gejala seseorang, sehingga mereka dapat hidup dengan nyaman selama mungkin," sambungnya. 

Menimbang panjangnya proses penyembuhan kanker kolorektal, Prof. Aru mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan pencegahan kanker kolorektal sedini mungkin dengan berhenti merokok dan menghindari alkohol. 

“Selain itu, lakukan skrining untuk kanker kolorektal, makan banyak sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian, berolahraga secara teratur dan kendalikan berat badan," jelasnya. 
 
“Kanker dapat disembuhkan jika dideteksi dan dirawat pada stadium awal, maka ingat #PERIKSA (Peduli Risiko Kanker Kolorektal Sejak Awal), dengan meningkatkan kepedulian terhadap risiko kanker kolorektal sejak awal," tutup Prof. Aru.

Menkes Budi

Teknologi Baru di Mandaya Royal Hospital, Mengurangi Beban Pasien Kanker

Dengan kombinasi teknologi mutakhir, dukungan pemerintah, dan kolaborasi lintas sektor, masa depan pengobatan kanker di Indonesia semakin menjanjikan, memberikan harapan.

img_title
VIVA.co.id
22 November 2024